Diantaranya, kebakaran besar tahun 1976 dan 1978 yang menghanguskan ribuan rumah membuat pihak Kelurahan Seberang Mesjid dan sebagian warga di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, mulai mendirikan lagi kelompok pemadam kebakaran swadaya.
“Alat-alat yang digunakan untuk memadamkan kebakaran saat itu, sangat sederhana. Seperti alat dari PMK Seberang Mesjid hanya memiliki alat satu drum yang dipotong menjadi dua bagian. Drum itu digunakan untuk wadah pasir, sekop, garu, dan ember. Pada tahun 1982, baru mempunyai trailer pengangkut pompa air meski yang masih ditarik orang. Pada 1985, sudah didukung mobil buatan tahun 1970-an untuk menarik trailer,” ungkapnya.
Hingga tahun 1997, jumlah BPK meningkat tajam sejak, peningkatan itu setelah terjadinya peristiwa kerusuhan Kampanye Pemilu Tahun 1997 yang dikenal dengan peristiwa Jumat Kelabu 23 Mei 1997 di Kota Banjarmasin.
“Peristiwa itu juga mengakibatkan Kota Banjarmasin seakan menjadi lautan api dengan memusnahkan hampir seluruh pusat perbelanjaan seperti Mitra Plaza, Junjung Buih Plaza, Srikaya Swalayan dan pertokoan Lima Cahaya yang mana hanya menyisakan satu pusat perbelanjaan/swalayan yaitu Siola Tama,” tuturnya.
Korban jiwa yang hilang dan meninggal dalam peristiwa itu sekitar 600 orang yang diduga akibat terkurung di pertokoan Mitra Plaza dan Srikaya saat kerusuhan terjadi.
Baca Juga :Â Tindak Penipuan Kembali Marak, BPJS Ketenagakerjaan Imbau Masyarakat WaspadaÂ
Tidak hanya itu, pasca kerusuhan banyak orang yang kehilangan pekerjaan atau usaha, sehingga Kota Banjarmasin hampir lumpuh karenanya.
“Sejak itulah satuan unit pemadam kebakaran di Kota Banjarmasin menjadi termasuk yang sangat besar di Indonesia dari segi jumlah unit kuantitasnya,” terangnya.
Jumlah kesatuan BPK di Kota Banjarmasin menjadi sangat besar dan menjadi satu-satunya kota di Indoenesia yang mana penyediaan oleh swasta/swadaya masyarakat. Pemerintah Kota Banjarmasin sekarang mempunyai I unit mobil FFT dari 6 unit FFT dan 3 unit Fortable.
Sebelumnya 5 unit mobil FFT diserahkan ke BPK swasta atau swadaya masyarakat dengan status dipinjamkan sejak pelaksanaan Otonomi Daerah I Januari 2001 lalu.
Pemadam Kebakaran Kota Banjarmasin yang dulunya berada di bawah bagian Ketertiban Umum (TIBUM) telah dibubarkan dan sekarang berada di bawah Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat dengan hanya mengelola I unit mobil FFT yang berangsur-angsur juga akan diserahkan pengelolaannya ke swasta dan Pemerintah Daerah yang nantinya dikoordinasi ke BPK-BPK ada di Kota Banjarmasin.
Dalam catatan panjang, Pada tahun 2004 lalu, Museum Rekor Indonesia (MURI) menobatkan Banjarmasin sebagai kota dengan barisan pemadam kebakaran yang terbanyak.
Selang 11 tahun kemudian, tepatnya 23 Agustus 2015, MURI kembali mencatat rekor Barisan Pemadam Kebakaran Swadaya Masyarakat Terbanyak untuk kota Banjarmasin.
Hebatnya lagi, rekor ini tidak hanya ruang lingkup di Indonesia dan Asia Tenggara, tetapi se-Asia. (airlangga)
Editor: Abadi





