Bulan Ramadhan Penjual Bingka Panen Rupiah

Atul memasukan adonan Bingka Iva kedalam loyang

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Satu diantara banyak kuliner yang diburu ketika bulan Ramadhan di Kalimantan Selatan, khususnya warga Kota Banjarmasin adalah kue (wadai) Bingka.

Makanan bercita rasa manis legit ini paling banyak diperjualbelikan ketika bulan puasa dari tahun ketahun. Pasalnya bagi sebagian warga Banjarmasin berpikir bahwa Ramadhan tidak akan lengkap tanpa menikmati bingka saat berbuka puasa.

Hal itu terlihat dari banyaknya pedagang kue yang menjual Bingka di tepian jalan, maupun di pasar dadakan saat Bulan Ramadhan.

Kue bingka dicetak bentuk bunga atau kembang goyang yang berkelopak enam, tetapi ada juga bingka yang berbentuk bunga berkelopak lima atau empat. Bahkan tidak jarang ada yang berbentuk bundar dan persegi.

Sebagian masyarakat Banjar mempercayai, ada filosofi dibalik motif ‘kembang goyang’. Yaitu menggambarkan kehidupan manusia yang tidak selalu mulus. Selalu ada naik dan turun, masa-masa menyenangkan dan menyedihkan.

Awalnya Bingka dijual dengan rasa original, terbuat dari tepung beras, gula dan telur. Dituang ke loyang yang terbuat dari besi dan dimasak dengan cara dipanggang menggunakan bara.

Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman, kue Bingka memiliki beragam cita rasa, mulai dari kentang, labu, tape, nangka, kelapa muda, pandan, coklat dan keju.

Seperti Atul (41), pembuat Bingka Iva di Jalan Jahri Saleh, Komplek Pandan Arum, Blok B Jalur 4, RT 15, No 95, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara.

Pedagang yang memulai usahanya sejak tahun 2006 ini memiliki 5 rasa yang berbeda dan khas pada Bingka buatannya. Diantaranya, kentang, keju, tape, kelapa muda dan nangka.

Bagi Atul, setiap bulan Ramadhan menjadi berkah tersendiri untuk keluarganya dalam membuat Bingka. Dimana saat bulan puasa permintaan Bingka meningkat berkali-kali lipat dibanding bulan biasa.

“Kalau bulan Ramadhan meningkat dalam sehari ada 250 sampai 300 biji bingka habis terjual. Kalau hari biasa cuman 25 biji bingka saja dibuat,” ujarnya kepada klikkalsel.com Senin (4/4/2022).

Baca Juga : Pasar Wadai Ramadan Terbagi di 5 Kecamatan, Ibnu Sina: Supaya Semuanya Bisa Berjualan

Baca Juga : Ibnu Sina Lepas Ratusan Santri AL-Falah Untuk Kegiatan Pesantren Ramadan

Akan tetapi, kata Atul peningkatan pembuatan bingka ini hanya terjadi ketika awal dan akhir bulan Ramadhan saja.

Kemudian, Atul juga mengungkapkan, jika produksi bingka selama Ramadhan kali ini telah meningkat tajam dibanding tahun – tahun sebelumnya, karena saat itu pandemi Covid-19 masih tinggi-tingginya.

“Sebelum pandemi, bisa membuat lebih dari 250 bingka dalam sehari. Sedangkan saat pandemi di bulan Ramadhan tahun lalu saya hanya dapat membuat 100 bingka saja per harinya,” ucapnya sambil memasukan adonan bingka ke loyang.

Disaat itu lah, Atul mengaku selama 16 tahun membuka usaha Bingka Iva. Pada awal pandemi Covid-19 itu menjadi momok jatuh bagi usahanya tersebut.

“Tapi tahun ini Alhamdulilah sudah mulai normal,” imbuhnya.

Selama bulan Ramadhan ini, Atul dibantu oleh 5 orang anggota keluarganya untuk membuat bahan adonan, kemudian untuk memanggang masih Atul sendiri yang turun tangan langsung.

Adapun proses pembuatan bingka Iva dimulai pada pukul 20.00 Wita selepas sholat tarawih dan berakhir pada pukul 4.00 Wita atau menjelang sahur.

Mula-mula para pekerja akan memulai proses produksi dengan menyiapkan bahan dasar seperti tepung terigu, gula, telur itik. Kentang direbus dan diparut, demikian juga santan direbus dan diambil bagian atasnya saja.

Kentang yang digunakan untuk bahan dasar bingka tidak dihaluskan dengan cara digiling, namun diserut untuk menjaga teksturnya.

Adonan kemudian dipanggang di sebuah loyang berdiameter sekitar 15 cm selama 30 menit dengan api atas dan dilanjutkan lagi 30 menit dengan api bawah.

“Jadi kalau dipanggang selama 1 jam,” jelasnya.

Atul sendiri memiliki 2 oven dengan kapasitas 22 loyang sekaligus per ovennya yang menggunakan gas elpiji.

Selama pemanggangan kata Atul, loyang harus selalu diperhatikan agar bingka dapat matang secara merata dan tidak gosong.

Lebih lanjut, Atul juga mengungkapkan sejak masuk bulan Ramadhan untuk membuat 250 biji bingka, pihaknya dalam sehari memakai sekitar 70 kilo kentang, 8 kilo tepung beras, 2 kilo tepung gandum, 24 gula, 200 biji telur ayam dan itik.

“Kemudian santan dari 40 kilo nyiur (kelapa) yang dibeli di pasar,” tuturnya.

Untuk Bingka Iva sendiri, Atul menjualnya dengan harga yang berbeda-beda. Mulai Rp 38 ribu untuk varian kentang dan nangka. Kemudian Rp 40 ribu varian tape dan Rp 45 ribu untuk keju dan kelapa muda.

Saat ditanya awal mula nama Bingka Iva, Atul menjelaskan kalau Iva itu adalah anaknya yang pada tahun 2006 saat ingin memulai usaha usianya baru 7 bulan.

“Nama anak saya yang dulu usianya 7 bulan,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi