Religi  

Adab Seorang Muslim di Kamar Mandi

Ustadz H. Mohammad Mobarak

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Islam mengatur segala sesuatunya dengan adab, khususnya rutinitas sehari-hari hingga aktivitas mandi dan buang hajat.

Dijelaskan Ustadz H. Mohammad Mobarak, hal tersebut telah diatur dan seperti yang diajarkan Rasulullah SAW ketika memulai aktivitas apapun untuk berdoa terlebih dahulu. Termasuk saat masuk dan keluar kamar mandi atau WC.

“Tidak hanya berdoa, adab lainya seperti saat masuk kamar mandi dimulai dengan kaki kiri dan keluar dengan kaki kanan,” ujarnya, Jumat (5/1/2023).

“Di awali langkah dengan kaki kanan, dilakukan untuk sesuatu dengan tujuan mulia sehingga dianjurkan dengan kaki kanan untuk melangkahnya,” jelasnya.

Kemudian, juga ada adab untuk membuang hajat atau kencing di kamar mandi, seorang muslim dianjurkan dengan posisi jongkok. Hal ini didasarkan dari hadits yang dikisahkan Aisyah RA, tentang kebiasaan Rasulullah SAW.

“Barang siapa yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW kencing sambil berdiri, janganlah dipercaya. Beliau tidak pernah kencing kecuali sambil duduk. (HR Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah),” jelas ustadz.

Dalam kamar mandi atau WC, ustadz juga menjelaskan bahwa diajarkan untuk tidak boleh berlama-lama dan sebaiknya diselesaikan dengan cepat sesuai keperluan. Hal ini sudah diingatkan Rasulullah SAW dalam haditsnya.

“Sesungguhnya tempat-tempat buang hajat ini dihadiri setan, maka jika salah seorang dari kalian hendak masuk kamar mandi, ucapkanlah Allahumma inniy ‘audzubika minal khubutsi wal khabaits “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari setan laki-laki dan setan perempuan,” ungkapnya.

Tidak hanya itu, Lanjut Ustadz H. Mohammad Mobarak, saat berada dalam kamar mandi atau WC maka tidak diperkenankan berbicara serta berkomunikasi dengan orang lain.

“Hal ini didasari oleh hadits Rasulullah SAW yang tidak menjawab salam saat sedang buang air kecil,” ujarnya.

“Ada seseorang yang melewati Rasulullah dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya,” sambungnya.

Ustadz juga mengungkapkan, jika memasuki kamar mandi atau WC dianjurkan tidak membawa sesuatu yang bertuliskan lafadz dan nama Allah.

Seperti memakai cincin yang bertuliskan nama Allah dan semacamnya. Hal ini terlarang karena kita diperintahkan untuk mengagungkan nama Allah dan ini sudah diketahui oleh setiap orang secara pasti.

“Dari riwayat Anas bin Malik: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki kamar mandi, beliau meletakkan cincinnya,” tuturnya.

Baca Juga MUI Kotabaru Gelar Dialog Ukhuwah Islamiyah dan Wathaniyah Menuju Pemilu Damai

Baca JugabHutang Piutang Dalam Ajaran Islam

Lebih lanjut, kata Ustad, dari Abu Ayyub Al Anshori, Siapda Nabi: “Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.

“Abu Ayyub mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon ampun pada Allah,” ucapnya.

“Dimaksud dengan “hadaplah arah barat dan timur” adalah ketika kondisinya di Madinah. Namun kalau kita berada di Indonesia, maka berdasarkan hadits ini kita dilarang buang hajat dengan menghadap arah barat dan timur, dan diperintahkan menghadap ke utara atau selatan,” jelasnya.

Selain itu, muslim juga melarang membuang hajat di air yang tergenang. Dalilnya adalah hadits Jabir bin Abdillah. Bahwa Rasulullah melarang kencing di air tergenang.

Adapun adab lainya yaitu, tidak beristinja dan menyentuh kemaluan dengan tangan kanan. Seperti dalil dari hadits Abu Qotadah bahwa Rasulullah bersabda.

“Jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam bejana. Jika ia buang hajat, janganlah ia memegang kemaluan dengan tangan kanannya. Janganlah pula ia beristinja’ dengan tangan kanannya,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi