BANJARMASIN, klikkalsel.com – Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) setiap 2 Mei sudah sepatutnya menjadi momen refleksi kritis terhadap landskap pendidikan, khususnya di Kalsel. Masih banyak “PR” yang harus dikerjakan untuk mewujudkan wajah pendidikan yang baik, demi kemajuan daerah dan nasional pada umumnya.
Prof Bidang Teknologi Pendidikan, Ani Cahyadi menyoroti potret pendidikan di Kalsel. Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Pengembangan Sumber dan Media Belajar UIN Antasari ini mengatakan, peran guru adalah salah satu faktor utama penentu baiknya pendidikan.
Kualitas guru, sebutnya sangat berpengaruh dengan kualitas mendidik. Oleh karena itu, dia menekankan para guru patut memiliki pemahaman komprehensif terhadap kurikulum dan metode mengajar dengan kondisi kemajuan z saat ini.
Di samping itu, Ani Cahyadi juga menyinggung terkait kesejahteraan guru di tengah beratnya tugas dan tanggungjawab mencerdaskan anak bangsa. Menurutnya pemerintah harus turun tangan mengambil kebijakan yang tepat, khususnya terhadap kesejahteraan guru honorer.
Baca Juga : Hasnuryadi Ajak Guru di Kalsel Perkuat Pendidikan Anak Usia Dini dalam Konferensi Kerja IGTKI-PGRI
Baca Juga : Disdag Kalsel Imbau Masyarakat Teliti, 9 Marshmallow Diduga Mengandung Unsur Babi, Cek Merk Apa Saja!
Ani Cahyadi menyebut para guru honorer saat ini sangat berharap dana sertifikasi sekitar Rp 2 juta, guna menambah pendapatan gaji pokok. Oleh karena itu, ujarnya, perlu regulasi yang meringankan para guru honorer untuk mendapatkan sertifikasi.
“Sehingga tidak ada lagi anggapan gaji guru cuma 200-300 ribu. Jadi proses sertifikasi ini harus segera menurut saya,” ucapnya, Jumat (2/5/2025).
Di sisi lain, Ani menyoroti sarana prasarana pendidikan di sekolah juga harus memadai, sehingga memperlancar proses belajar-mengajar. Ironisnya, kata dia, masih ada Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Kota Banjarmasin yang peserta didiknya harus bergantian ruang belajar karena kelas rusak.
“Saya kira ini juga harus menjadi perhatian pemerintah daerah. Dan tentu, pemerintah daerah juga bukan hanya semata-mata mengandalkan APBD untuk lokasi sarana perasaan, tapi bisa juga memanfaatkan dana-dana CSR,” sarannya.
Selain itu, Ani Cahyadi juga mengatakan peran orang tua juga sebagai penentu kualitas pendidikan. Orang tua, sebutnya, harus bisa menumbuhkan minat belajar anak di rumah dan tidak menitikberatkan pendidikan di sekolah.
“Jadi perlu keselarasan antara pemerintah, guru, dan orang tua untuk pemecahan masalah pendidikan,” tandasnya.
Sementara itu, gaji guru honorer jauh di bawah upaya minum provinsi (UMP) memang terjadi di SDN di Kota Banjarmasin. Gaji yang diterima bervariatif dari Rp 500-800 ribu.
“Saya mengajar di SDN di Kecamatan Banjarmasin Timur, per bulan menerima Rp500 ribu. Kalau teman saya mengajar di SDN di Kelurahan Kebun Bunga, gajinya Rp800 ribu,” ujar salah satu guru honorer perempuan yang tidak ingin namanya disebutkan.
Meski demikian, gaji Rp500 ribu itu tidak menyurutkan semangatnya mengajar. Dia pun berharap proses mendapat sertifikasi lancar sehingga bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.
“Saat ini lagi berproses mendapat sertifikasi. Alhamdulillah sudah PPG, dan sedang proses memenuhi 24 jam durasi mengajar dalam sepekan,” pungkasnya. (rizqon)
Editor: Abadi





