Penulis : Muhammad Aditya Hariyadi, S.Pd
HARI Guru adalah momen istimewa untuk merenungkan kembali peran besar para pendidik dalam membentuk masa depan bangsa. Setiap tahun, kita memperingati jasa-jasa mereka yang telah mewariskan ilmu, nilai-nilai moral, dan karakter, serta mengarahkan generasi muda menjadi insan yang lebih baik. Namun, di tengah era digital yang penuh tantangan baru, peran guru mengalami transformasi yang mendalam, baik dari sisi metode pembelajaran maupun cara penyampaian materi kepada siswa.
Di era digital ini, guru tak hanya menjadi sumber ilmu, tetapi juga harus menjadi navigator, mentor, dan bahkan role model dalam pemanfaatan teknologi yang cerdas dan bijak.
Guru di era sekarang punya peran yang sangat penting dalam mengarahkan siswa untuk menggunakan teknologi secara tepat dan bermanfaat. Sebagai navigator, guru membantu siswa menjelajahi dunia digital, menunjukkan informasi mana yang penting dan mana yang bisa diabaikan. Dalam peran ini, guru ibarat kompas yang membantu siswa memilih jalan yang benar di tengah derasnya arus informasi online.
Sebagai mentor, guru bukan hanya mengajarkan cara memakai teknologi, tapi juga memberi bimbingan soal etika dan dampak penggunaannya. Mereka mengajarkan siswa bagaimana menggunakan internet dengan bijak dan bertanggung jawab, memastikan bahwa teknologi dipakai untuk belajar dan tumbuh secara positif.
Terakhir, sebagai role model atau teladan, guru memberikan contoh nyata tentang cara memanfaatkan teknologi secara bijak. Ketika guru sendiri menunjukkan sikap positif terhadap teknologi, siswa akan cenderung mengikuti dan meniru. Ini mengajarkan siswa bahwa teknologi, jika digunakan dengan cerdas, bisa membuka peluang dan mendukung perkembangan diri, bukan sebaliknya.
Di bawah kepemimpinan pemerintah yang baru, harapan kita semakin besar untuk melihat reformasi pendidikan yang lebih adaptif dan menyeluruh. Dalam menghadapi era digital, penting untuk membekali para guru dengan pengetahuan teknologi yang mumpuni. Tidak hanya sekadar mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran, tetapi juga memperkuat kompetensi digital para guru agar mampu mendidik siswa dalam penggunaan teknologi yang bermanfaat, aman, dan bertanggung jawab. Digitalisasi ini, tentunya, tidak akan menggantikan peran guru, melainkan menjadi alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, mendorong kreativitas siswa, dan mengembangkan kemampuan kritis serta problem-solving yang lebih tinggi.
Baca Juga 1000 Personil Gabungan TNI-POLRI Dikerahkan, Jamin Keamanan dan Ketertiban Hari Pencoblosan
Baca Juga Guru Rasyid Doakan dan Motivasi Pemain Barito Putera Tingkatkan Jiwa Wasaka
Dengan visi Indonesia Emas 2045, di mana kita menargetkan negara yang maju dan sejahtera, pendidikan menjadi pilar utama. Kualitas sumber daya manusia yang unggul akan sangat menentukan tercapainya visi ini. Harapan besar tertuju pada peningkatan akses pendidikan yang merata di seluruh pelosok negeri, sehingga tidak ada lagi daerah yang tertinggal dalam hal kualitas maupun fasilitas pendidikan. Di sinilah guru-guru diharapkan menjadi agen perubahan yang tidak hanya menginspirasi siswa di kelas, tetapi juga di masyarakat. Melalui pendidikan yang merata dan berkualitas, Indonesia akan mencetak generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga siap bersaing di tingkat global.
Menyongsong Indonesia Emas 2045, kita semua sepakat bahwa pendidikan akan menjadi pilar utama menuju bangsa yang maju, berdaya saing, dan penuh dengan generasi unggul. Namun, pilar pendidikan ini tak hanya soal ilmu pengetahuan, melainkan juga pembentukan karakter dan etika yang baik bagi siswa. Tantangan ini tidak hanya menjadi tugas guru, tetapi juga memerlukan dukungan penuh dari orang tua dan lingkungan sekitar. Peran guru dalam membangun karakter siswa haruslah dihargai, bukan dipandang sebelah mata atau bahkan dipersalahkan.
Belakangan, sering terjadi kasus di mana guru menghadapi situasi sulit saat mendidik siswa. Ketika guru mencoba mendisiplinkan atau memberikan teguran yang membangun, sayangnya ada beberapa orang tua yang justru merespons secara berlebihan hingga melaporkan guru ke pihak berwajib atau membawanya ke ranah hukum. Padahal, tujuan guru bukanlah untuk menyakiti, melainkan untuk mendidik dan membantu siswa memahami batasan perilaku serta disiplin.
Jika sikap ini terus berlanjut, peran guru akan tergerus. Mereka bisa saja menjadi takut untuk menegur atau mendisiplinkan siswa, khawatir dengan konsekuensi hukum atau ketidaksetujuan dari orang tua. Hal ini akan berdampak negatif pada proses pendidikan itu sendiri, di mana guru tak lagi berani mendidik secara menyeluruh—bukan hanya dalam ilmu, tetapi juga dalam nilai-nilai yang akan membentuk kepribadian anak-anak kita.
Sebagai bangsa yang berharap bisa mencetak generasi berkualitas menuju Indonesia Emas, kita harus kembali pada prinsip bahwa pendidikan adalah kolaborasi antara sekolah, guru, dan orang tua. Menjaga komunikasi yang baik antara guru dan orang tua sangatlah penting. Orang tua perlu memahami bahwa disiplin yang diberikan oleh guru adalah bagian dari proses pendidikan, bukan bentuk hukuman. Dalam budaya kita sendiri, ada istilah “sukses melalui mistra dan rotan guru,” yang bermakna bahwa pendidikan disiplin akan membawa hasil yang positif jika didukung dan dimaknai dengan benar.
Untuk itu, kita semua, termasuk pemerintah, harus mendukung para guru agar mereka dapat mendidik dengan penuh rasa tanggung jawab dan tanpa rasa takut. Dengan begitu, siswa akan belajar nilai-nilai baik dari gurunya, dan orang tua pun turut memahami peran besar yang dimainkan oleh para pendidik ini. Dukungan dari semua pihak, baik itu dalam bentuk pengertian, empati, atau bahkan perlindungan hukum untuk guru, sangat diperlukan agar pilar pendidikan tetap kokoh dan mampu membawa kita menuju Indonesia yang unggul di tahun 2045.
Pada akhirnya, pengembangan pendidikan di era digital haruslah tetap berpijak pada nilai-nilai luhur yang kita junjung bersama. Digitalisasi adalah sarana, tetapi tujuan utamanya tetaplah membentuk manusia Indonesia yang berakhlak mulia, kreatif, dan inovatif. Semoga pada momentum Hari Guru ini, kita bisa meneguhkan kembali komitmen untuk bersama-sama mewujudkan pilar pendidikan yang tangguh, guna menyongsong masa depan Indonesia yang lebih cerah.(*)