BANJARMASIN, klikkalsel.com – Kasus Bullying masih menjadi momok dalam pendidikan di Indonesia. Kasus ini memiliki dampak yang sangat besar bagi si pembully maupun yang dibully.
Banyak kasus bullying yang terjadi di Indonesia, bahkan tidak sedikit kasus bullying yang bisa membahayakan nyawa.
Tentunya dalam hal ini peran serta orang tua dan tenaga pendidik menjadi sangat penting. Mengingat terjadinya bullying tersebut karena faktor lingkungannya.
Baru-baru ini dampak dari bullying kembali terjadi di Banjarmasin, dimana siswa yang kerap kena bully harus melampiaskan amarahnya yang lama terpendam ke perundungnya.
Hal ini pastinya menjadi tamparan besar bagi pendidikan di Banjarmasin. Bagaimana tidak? Padahal sudah sejak lama adanya pencanangan lingkungan sekolah anti bullying. Namun hal ini bisa kembali terjadi di lingkungan sekolah di Banjarmasin.
Salah seorang pengajar konseling di salah satu sekolah di Banjarmasin, Ranie Aryo Nataly Tambing, menyampaikan bahwa sangat disayangkan kejadian ini terjadi di lingkungan sekolah, dan pelakunya adalah siswa sekolah itu juga.
Baca Juga Perilaku Bullying Berdampak Pada Kesehatan Mental
“Seharusnya hal ini perlu dicegah dan harus dicegah sebelumnya,” ucapnya.
Dari kejadian ini menurutnya sangat banyak yang harus dibenahi terkait pengawasan. Karena hal-hal yang berhubungan dengan bullying ini harus diselesaikan dengan tuntas meski hal yang sangat kecil.
“Apabila melihat kasus yang baru terjadi ini, kemungkinan tidak hanya satu atau dua kali terjadi tindakan bullying itu. Sampai-sampai siswa tersebut nekat melakukan hal seperti itu,” tuturnya.
“Tindakan bullying itu sudah pasti lama dan sangat menumpuk hingga mengganggu mental si pelaku itu. Sampai akhirnya ada pemicu hingga terjadi hal itu,” sambungnya.
Karena menurut Ranie, tindakan bullying tersebut sangatlah mengganggu mental sehingga menurunkan percaya diri dan harga diri.
“Tidak itu saja korban atau pelaku bullying pasti memiliki tekanan di kehidupan pribadinya. Baik itu faktor orang tua, ekonomi, lingkungan, belajar atau di sekolah sendiri,” bebernya.
Menyikapi hal yang terjadi saat ini, menurutnya sudah sangat lama adanya pencanangan sekolah anti bullying. Yang mana hal tersebut harus benar-benar disadari lagi oleh para pendidik.
“Tak hanya pendidik saja tetapi orang-orang yang ada dilingkungan sekolah,” ucapnya.
“Terlebih saat ini telah dicanangkan Kurikulum Merdeka dan penguatan Profil Pelajar Pancasila, seharusnya dimulai lagi menegakan gerakan anti bullying itu,” tambahnya.
Lantas bagaimana cara mengatasi permasalahan bullying ini? Ranie mengungkapkan bahwa pihak sekolah harus memiliki program yang kuat untuk masalah bullying ini.
“Jadi tindakan bullying sekecil apapun harus diberikan sanksi atau konsekuensi kepada pelaku bullying itu,” ungkapnya.
“Tentunya harus ada pendampingan baik dari Wali Kelas atau Guru Bimbingan Konseling terhadap anak yang kena bully dan yang membully. Harus dicari tau kenapa sampai mereka melakukan hal itu,” lanjutnya.
Karena menurutnya apabila merujuk kepada program pemerintah tentang P5 atau Penguatan Program Profil Pelajar Pancasila, sangat masuk bagi para pendidik untuk mengajarkan siswanya sedari dini untuk punya ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
“Sehingga dari situ mereka bisa berkasih sayang dengan sesama dan dengan teman-temannya. Harus menjadi bagian yang menjunjung tinggi perdamaian dan tidak boleh memandang rendah orang lain,” jelasnya.
“Juga mereka harus bekerjasama tanpa memandang perbedaan. Sehingga apabila pendidikan seperti itu dijalankan dan diberikan pengetahuan itu kepada anak-anak, maka bullying tersebut tidak akan terjadi,” tambahnya lagi.
Ia juga mengharapkan agar hal tersebut bisa segeranya dilakukan di sistem pendidikan saat ini khususnya di Banjarmasin.
“Kasus yang terjadi saat ini hanya satu dari sekian banyak kasus bullying yang terjadi. Untuk itu kita harus segera mencegah, jangan menunggu dua atau tiga kasus serupa terjadi lagi,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amrna