Budaya  

Yoriko Angeline dan Aulia Sarah Tertantang Main Film Horor Pirunduk

Yoriko Angeline dan Aulia Sarah saat konferensi pers film Pirunduk di Banjarmasin

MARABAHAN, klikkalsel.com – Dua aktris ternama, Aulia Sarah dan Yoriko Angeline, siap menghadirkan teror baru di film horor Pirunduk, garapan sutradara Billy Christian yang diproduseri Budi Ismanto sekaligus Penulis naskah.

Berbeda dari proyek sebelumnya, kali ini mereka dihadapkan pada tantangan yang bukan hanya soal akting, tapi juga adaptasi budaya dan bahasa daerah.

Aulia Sarah, yang dikenal luas lewat perannya sebagai Badarawuhi dalam film KKN di Desa Penari, akan memerankan karakter Siti Rahma, sosok kunci dalam kisah kelam yang berakar di kampung terpencil di Kabupaten Barito Kuala (Batola) Kalimantan Selatan.

“Ini merupakan tantangan baru buat saya. Saya belum pernah ke Kalimantan sebelumnya, dan harus berdialog dalam Bahasa Banjar,” ujarnya.

Tapi justru itu yang membuat dirinya begitu antusias dan merasa peran tersebut menantang dan membuka wawasan budaya.

Hal senada disampaikan oleh Yoriko Angeline, aktris muda yang melejit lewat perannya sebagai Wati dalam trilogi film Dilan.

Lahir di Kalimantan Selatan dan kini menetap di Jakarta, Yoriko mengaku bangga bisa kembali ke tanah kelahirannya dan terlibat dalam film yang sangat kental dengan nuansa lokal.

“Senang bisa pulang kampung,” ungkapnya.

Baca Juga : Bupati Batola Dukung Penuh Produksi Film Horor Pirunduk yang Angkat Kampung Halamannya

Baca Juga : Polda Kalsel Ringkus 37 Tersangka Dengan Barang Bukti Sabu 44,6 Kilogram, Keterlibatan Fredy Pratama Masih Jadi PR

Secara pribadi, Yoriko dalam film Pirunduk merasa lebih tertantang saat nanti akan mengendalikan perahu (jukung) dan harus ahli.

“Karena peran saya nanti akan jadi Acil-acil jukung di pasar terapung, jadi tantangannya lebih disitu,” imbuhnya.

Film Pirunduk mengangkat kisah horor tentang arwah seorang istri yang meninggal secara tragis setelah mengalami penindasan. Arwah tersebut gentayangan dan menuntut balas atas luka masa lalu, menyelimuti kampung tempatnya dulu tinggal dengan ketakutan.

Menariknya, film ini tidak hanya mengandalkan kekuatan cerita dan bintang besar, tetapi juga menghadirkan semangat kebangkitan industri film daerah.

Sebelumnya, Produser sekaligus penulis naskah, Budi Ismanto, menyebut Pirunduk sebagai film pertama di Kalimantan Selatan yang diproduksi oleh orang lokal, termasuk dalam hal pendanaan.

“Dengan bangga kami menyebut Pirunduk sebagai film lokal dari Kalimantan Selatan. Dukungan dari kepala daerah seperti Bupati Batola H Bahrul Ilmi dan Wakil Walikota Banjarmasin Hj Ananda sangat berarti. Ini bukan hanya tentang film, tapi tentang identitas budaya,” ujar Budi.

Sekitar 70 persen kru dan pemeran pendukung berasal dari Kalimantan Selatan, termasuk Executive Producer H Muhammad Rihan Variza yang juga merupakan warga daerah setempat.

Hal ini menjadikan Pirunduk sebagai salah satu representasi kuat dari film daerah yang berdaya saing nasional.

Proses syuting dijadwalkan dimulai pada 8 Juni 2024 dan berlangsung selama 24 hari. Dengan banyaknya dialog dalam Bahasa Banjar dan latar yang autentik, film ini diharapkan tak hanya menebar horor, tapi juga mengenalkan kekayaan budaya Kalimantan Selatan ke kancah lebih luas. (airlangga)

Editor: Abadi