Warga Desa Sungai Bakar Tanah Laut Pertahankan Teknik Turun Temurun Pembuatan Gula Merah

PELAIHARI, klikkalsel.com – Meski perkembangan zaman dan kemajuan teknologi terus berjalan, pembuatan gula merah secara tradisional dengan bahan baku air aren masih dipertahankan oleh sebagian warga Kalimantan Selatan (Kalsel), diantaranya di aDesa Sungai Bakar, Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut (Tala).

Ditemui klikkalsel.com, Jumat (29/10/2021), Kusasi (61), satu diantara dua orang pembuat gula merah yang masih bertahan dan tetap mengandalkan cara tradisional yang diperoleh secara turun temurun.

Saat ditemui, Ia sedang memasak air aren atau nira di atas tungku yang terbuat dari tanah liat dengan bahan bakar kayu, bukan menggunakan kompor modern.

Kusasi yang memiliki 7 cucu itu menjelaskan, proses perebusan air aren atau nira dengan menggunakan kuali akan memakan waktu selama 7 hingga 8 jam.

“Merebusnya sambil diaduk-aduk sampai mengental hingga berwarna merah,” ujarnya sambil merapikan tungkua perapian di depan rumahnya itu.

Kemudian, setelah berwarna merah, barulah bisa dimasukan ke cetakan (kelompang) yang ia buat sendiri dengan bentuk seperti setengah ketupat.

“Dalam membuat gula merah, diperlukan kesabaran untuk bisa menghasilkan gula merah yang manis tanpa pemanis buatan,” ujarnya.

Karena, katanya saat mengaduk air aren itu juga tidak bisa sembarangan. Sebab bila tidak sesuai dengan tekniknya, maka gula merah yang dihasilkan kemungkinan tidak akan manis.

“Atau malah rasanya menjadi asam (masam),” ujarnya.

Untuk menghindari rasa asam itu, pria yang akrab disapa Sasi tersebut memiliki cara tersendiri yang didapatnya turun temurun, yakni dengan cara menggunakan batang kayu nangka yang dipotong kecil seukuran jari kelingking sebanyak 10 batang.

“Setiap batang diolesi dengan kapur barus sedikit, kemudian dimasukan ke dalam air. Air tersebut diletakan di atas atap tungku,” jelasnya.

Sasi mengaku, air aren itu didapatnya dari pohon Aren milik warga yang tertanam liar di desanya. Sebagian lagi ada yang mengantarnya langsung ke rumah setiap hari.

Biasanya dalam satu hari ia membutuhkan 35 liter air aren guna menghasilkan 20 batang gula merah.

“Kalau dijual 1 batang itu, seharga Rp 5 ribu dan dalam 1 hari mampu meraih omzet sebanyak Rp 100 ribu,” pungkasnya.(airlangga)

Editor: Abadi