Tradisi Mandi-Mandi 7 Bulanan

Tradisi Mandi-Mandi 7 Bulanan
fotografer : Adam/ MC Prov. Kalimantan Selatan

BANJARMASIN, klikkalsel.comMasyarakat Banjar ada tradisi bagi perempuan hamil pertama kali. Ketika usia kehamilan mencapai 7 bulan maka diadakan upacara mandi-mandi, yang disebut Mandi-mandi Manujuh Bulanan (mandi tujuh bulan).

Biasanya untuk menolak bala dan mendapatkan keselamatan bagi si ibu dan bayi yang dikandung. Kepercayaaan masyarakat Banjar, orang hamil suka diganggu mahluk halus yang jahat.

Ritual itu, si hamil memakai pakaian indah-indah dan perhiasan sambil memangku sebuah tunas kelapa yang diselimuti kain kuning menghadapi sajian 41 macam kue.

Khusus tempat mandi-mandi berbentuk persegi diberi pagar tali yang digantungi kembang renteng, disela-selanya diikat berbagai kue, uang dan buah pisang.
Kemudian empat sisi dililit dengan kain khas Banjar sasirangan atau kain berwarna kuning keramat.

Air yang digunakan untuk mandi-mandi direndam bunga dan mayang yang sudah dibacakan surah Yasin atau Burdah.

Baca Juga : Mahumbal, Tradisi Memasak Dayak Tak Tergerus Zaman

Baca Juga : Jaga Tradisi, Berziarah Gunakan Kelotok

Wanita yang memandikan si ibu hamil jumlahnya selalu ganjil, sekurang-kurangnya tiga dan paling banyak tujuh orang dan biasanya merupakan para kerabat dekat.

Saat si ibu hamil disirami dengan air bunga biasanya juga dibedaki dengan bedak beras kuning lalu mengeramasinya.

Kembang Mayang dikeluarkan dari rendaman dan diletakkan di atas kepala wanita hamil ini dan disirami dengan air kelapa muda tiga kali berturut-turut dengan posisi mayang yang berbeda-beda. Kali ini juga airnya harus dihirup oleh wanita hamil itu.

Sesudah itu badannya dikeringkan dan ia berganti pakaian lalu keluar dari tenda pemandian. Di luar telah tersedia sebiji telur ayam yang harus diinjaknya ketika melewatinya. Ketika ia keluar untuk kembali ke ruang tengah ini dibacakan pula shalawat beramai-ramai.

Di ruang tengah si Ibu hamil kembali duduk di atas alas kain berlapis di hadapan tamu-tamu, disisiri dan disanggul rambutnya. Pada saat itu juga di tepung tawari, yaitu dipercikan minyak likat beboreh dengan anyaman daun kelapa yang dinamakan tapung tawar.

Setelah itu dibacakan doa selamat dan diakhiri dengan si Ibu hamil yang menyalami semua undangan sebagai bentuk rasa terima kasih dan mohon doa keselamatan pada semua yang hadir.

Semua prosesi yang dijalani intinya adalah memohon pada Allah SWT dan dengan pecahnya bunga mayang dengan sekali tepuk saja menandakan proses kelahiran akan berjalan dengan lancar.

Pecahnya telur ketika diinjak juga melambangkan proses kelahiran yang cepat pula. Tunas kelapa yang dipangku dan kemudian digendong melambangkaan si jabang bayi yang kelak dapat tumbuh dimana saja dan berguna bagi masyarakat.

Memerciki dengan tepung tawar ialah guna memberkatinya dan konon akan memperkuat semangatnya. (david)

Tinggalkan Balasan