Tradisi Batumbang Apam Diusulkan Menjadi Warisan Budaya Tak Benda

Iring-iringan kemeriahan tradisi Batumbang Apam, warga membawa payung yang diwarnai dengan berbagai hiasan. (Foto Masrus for Klikkalsel)

BARABAI, klikkalsel.com – Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) memiliki beragam kekayaan budaya, baik berupa tradisi turun-temurun masyarakat maupun hal lainnya. Salah satu bentuknya yang sering digelar pasca lebaran yakni Tradisi Batumbang Apam.

Tahun ini tradisi Batumbang Apam diusulkan agar terdaftar di Kemdikbud RI sebagai warisan budaya tak benda Kalimantan Selatan (Kalsel) yang berasal dari Hulu Sungai Tengah.

Menurut Masruswian Wakil Ketua Dewan Kesenian Kabupaten HST, tradisi ini Batumbang Apam umumnya diikuti oleh anak-anak. Pada prosesinya, seluruh orang tua yang mengikutsertakan anaknya itu turut membawa kue apam.

Lebih lanjut, cara penyajiannya pun beragam, ada yang diletakkan di atas nampan, ada pula yang ditusukan pada pelepah kelapa, yaitu pada daun yang telah diserut hingga menyisakan bilah lidi.

Ukurannya juga disesuaikan, yakni tinggi pelepah kelapa itu diukur setinggi anak-anak yang bakal mengikuti prosesi batumbang apam.

Baca Juga : Libur Lebaran, Sejumlah Tempat Wisata di HST Alami Peningkatan Pengunjung

Baca Juga : Pasca Lebaran, Volume Sampah di Banjarmasin Meningkat

“Lantaran membawa kue apam pada saat prosesi acara inilah mengapa tradisi ini biasa disebut dengan nama Batumbang Apam,” kata Masrus yang juga Plt. Kasi Pembinaan Kesenian dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten HST, Kamis (5/5/2022) di Barabai.

Kemudian, kue apam diletakan di samping ketika anak itu dibawa, sembari terus membacakan doa, ayat-ayat Al-quran hingga salawat.

“Tujuannya, agar sang anak diharapkan selalu mendengarkan hal-hal yang baik saja, sekaligus tentu mengenalkannya tentang agama Islam,” tambahnya.

Prosesi selanjutnya diiringi gema sholawat dan dipandu oleh kaum (marbot). Secara bergantian, satu persatu anak-anak yang mengikuti acara batumbang apam ini menaiki undak-undakan mimbar dengan harapan semoga anak-anak ini memiliki akhlak yang terpuji dan menjadi orang yang sukses dikemudian hari.

Usai prosesi itu, dilanjutkan dengan pembacaan doa oleh tokoh agama yang ditujukan untuk anak-anak yang mengikuti acara ini, serta doa juga ditujukan kepada keluarga dan seluruh masyarakat yang berhadir.

Sementara, pada tahun ini Tradisi Batumbang Apam telah digelar oleh masyarakat Desa Pajukungan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan di Masjid Al Munawwarah Desa Pajukungan, Rabu (4/5/2022) kemarin.

Pada prosesi acara tersebut dimulai dengan pawai oleh masyarakat dengan berbagai atribut, dipimpin oleh Pejabat Sekda HST Muh Yani didampingi oleh Plt Kepala Dinas Pendidikan HST, M Anhar dan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kalsel dengan berjalan kaki dari kantor Desa Pajukungan menuju tempat acara diiringi dengan tabuhan terbang dan lantunan sholawat dari grup kesenian sinoman Hadrah.

Muh Yani mewakili Bupati HST saat itu mengatakan, sangat mengapresiasi dengan digelarnya acara batumbang apam ini yang merupakan tradisi turun-temurun masyarakat di Desa pajukungan.

Lebih lanjut, batumbang apam ini merupakan tradisi yang harus kita jaga dan pertahankan yang bermakna sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah Swt atas segala karunia yang selama ini kita peroleh.

“Batumbang juga dimaknai dengan menaik, karena dalam prosesinya anak akan dibawa naik ke atas mimbar. Harapannya, semoga anak-anak kita kelak akan menjadi anak yang sholeh dan meraih kesuksesan baik itu di dunia maupun di akhirat,”harapnya.

Disamping itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Helda turut menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan upaya kita bersama dalam menjaga warisan budaya berupa tradisi yang ada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

“Batumbang apam ini merupakan tradisi yang harus kita pertahjankan,” katanya.

Dalam pelaksanaan tradisi itu, turut disambut antusias masyarakat. Ratusan warga, serta berabagai kalangan turut serta mengikuti dan menyaksikan berjalannya segala prosesi tradisi batumbang apam itu.

Kemeriahannya pun bertambah dengan beragam hiasan payung, serta diwarnai ratusan warga berebut uang sholawat pada pelaksanaan prosesi itu.

Pada tahun ini, dikatakan Suparyono Pembakal Desa Pajukungan peserta acara batumbang apam lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya biasa diikuti sekitar 4-5 orang anak, tapi kali ini diikuti oleh 55 orang anak. (dayat)

Editor : Akhmad