Sejarah Stadion 17 Mei, Dibangun di Atas Tanah Lapang Bekas Sungai

Sejarah Stadion 17 Mei, Dibangun di Atas Tanah Lapang Bekas Sungai

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sebelum Stadion 17 Mei berdiri, sekitar tahun 1970-an di Kota Banjarmasin banyak terdapat lapangan sepak bola yang saat itu sering dipergunakan masyarakat sebagai lokasi bermain dan pertandingan.

Hal itu diungkapkan Ketua LKS2B Kalimantan Mansyur, diantaranya Lapangan Merdeka di pusat kota (area Masjid Raya Sabilal Muhtadin sekarang), Lapangan Gagah Lurus di kawasan Teluk Kelayan, Lapangan Pelajar Mulawarman di kawasan Komplek Pelajar Mulawarman.

“Hingga belasan Lapangan Tarkam (lapangan antar kampung). Sayang, waktu itu belum ada yang memenuhi standar stadion,” ujarnya, Sabtu (2/7/2022)

Kemudian, pada sekitar tahun 1970-an Pemdati 1 Kalsel (sekarang Pemprov Kalsel) mulai membangun sebuah stadion di tanah lapang bekas sungai yang mengering (lumpur) dan tertimbun gabuk (limbah sisa potongan kayu) di kawasan Jalan Jafri Zamzam, Banjarmasin.

“Hingga tahun 1974, stadion yang cukup representatif tersebut selesai dibangun dan diresmikan oleh Gubernur Kalsel H. Soebardjo dan diberi nama Stadion 17 Mei,” ungkapnya.

“Selain lapangan sepakbola dengan rumput lumayan bagus, di stadion ini juga ada lintasan atletik, arena lompat jauh, dan lain-lain termasuk tribun,” tambahnya.

Nama 17 Mei sendiri, kata Mansyur diambil dari sejarah perjuangan bangsa, khususnya rakyat Kalsel yang ikut mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Potret Stadiom 17 Mei tahun 1978 (sumber LKS2B Kalimantan)

Tanggal 17 Mei juga dikenal sebagai tanggal berdirinya ALRI Divisi IV Kalimantan yang dipimpin Brigjen H Hasan Basry (pahlawan nasional dari Kalsel).

“Lalu pada tahun 1985, stadion kebanggaan Banjarmasin, dan bahkan di Kalselnitu kembali mengalami renovasi,” ujarnya.

Baca Juga : Santernya Penggantian Nama Stadion 17 Mei? Sultan Banjar Bersurat ke Pemerintah

Baca Juga : Catatan Sejarah Perkembangan Barisan Pemadam Kebakaran Swadaya di Banjarmasin

Hingga diresmikan kembali oleh Gubernur Kalsel yang dipimpin HM Said yang sekaligus dimeriahkan dengan adanya pertandingan persahabatan 3 tim antar Persiba Balikpapan, Peseban Banjarmasin dan Bentoel Galatama.

Singkat cerita, pada 10 Mei 1978 melalui SK Gubernur Kalsel Nomor 82/Kes tentang mengatur pengelolaan dan penggunaan stadion yang sebelumnya dikelola oleh KONI Kalsel diserahkan kepada Peseban.

“Serah terima dari KONI Kalsel kepada Peseban ini dilakukan pada I Juli 1978. Seiring perkembangan persepakbolaan yang terus meningkat dan terus naiknya animo masyarakat datang ke stadion untuk menyaksikan pertandingan beberapa tahun berikutnya, maka pada tahun 1981 Stadion 17 Mei yang dinilai sudah tak memadai lagi hingga kembali direnovasi,” jelasnya.

Pada renovasi itu, kata Mansyur stadion dibuatkan tembok pengaman. Sedangkan tribun ditambah di bagian barat pada sisi kiri dan kanan dengan kapasitas 2.000 tempat duduk.

“Peresmian hasil renovasi tahap dua ini dilakukan pada 28 Oktober 1985 oleh Gubernur M Said,” ujarnya.

Kemudian, kata Mansyur dengan Surat Keputusan Gubernur Kalsel Nomor 046 Tahun 1989 pada 11 Februari 1989, kewenangan pengelolaan Stadion 17 Mei yang tadinya ada pada Peseban dipindahkan ke bawah wewenang Komda PSSI KaIsel yang kala itu dipimpin H Abdussamad Sulaiman HB.

Tujuan pemindahan kewenangan pengelolaan ini sendiri untuk mendukung eksistensi Barito Putera Galatama yang berdiri pada 21 April 1988.

“Berikutnya tahun 1995 an, Dalam renovasi mendapatkan dukungan dana dari PT Barito Timber Group (perusahaan kayu yang kala itu sedang berjaya),” jelasnya.

Bantuan tersebut merupakan hadiah atas prestasi fenomenal yang berhasil diraih PS Barito Putera. Kesebelasan urang banua itu berhasil menembus semifinal Liga Dunhill I.

“Sayangnya, langkah Barito Putera berhenti sampai disitu saja. Dalam laga melawan Persib Bandung, Bandung Raya, dan Petrokimia Putra itu, Barito Putera gagal melangkah ke final,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi