Salut, Anak Ini Tinggalkan Sekolah Demi Menjadi Punggung Keluarga

BANJARMASIN, klikkalsel– Masa kanak-kanak biasanya diisi dengan kegiatan sekolah dan bermain. Tetapi, itu tidak berlaku bagi Rahmad Hidayat.

Rahmad memilih jadi pungung keluarga dengan berjualan bola mainan. (syarif wamen/klikkalsel)

Seorang anak seumuran 12 tahun ini harus mengorbankan bangku sekolah dan tidak menikmati dunia bermain, yang lazim dilakukan anak seusianya.

Ia terpaksa meninggalkan itu semua, karena mengambil alih peran ayahnya yang sudah meninggal, menjadi punggung keluarga menafkahi adik dan ibunya.

Rahmad Hidayat setiap harinya dari pagi mengayuh sepada miliknya, sejauh puluhan kilometer dari rumahnya di Kuin, sambil membawa barang dagangan berupa mainan anak-anak.

Bertemu dengan sekolahan, Rahmat pun akan memarkir sepedanya dan tidak segan menjual mainan bola warna warni berisi balon kepada murid melaluinya, saat mau pulang sekolah.

Sudah mulai sepi pembeli saat berjaja mainan di sekolah, Rahmad bukannya pulang kerumah, tetapi lanjut mengayuh sepeda membawa jualannya dan akan mangkal di tempat ramai anak-anak.

Biasanya, kata Rahmad, berkeliling membawa mainan untuk dijual ke sekolah-sekolah yang ada di kawasan Kayu Tangi, S Parman, Alalak, Pasar Lama dan sekitarnya.

Hanya saja, keluhnya, sering dilarang berjualan, walaupun sudah memilih tempat yang tidak mengganggu aktivitas sekolah. “Jika berjualan di kawasan sekolah sering ditegur,” katanya sedih.

Melepas penat, Rahmad memilih beristirahat di tempat yang teduh, lokasi kegemarannya di depan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin jalan Brigjend H Hasan Basri.

Walau tampak lesu, ia tetap bersemangat memanfaatkan waktu istirahatnya itu, untuk menawarkan jualannya kepada setiap orang yang lewat.

“Kalau ulun (saya) sekolah siapa yang bayar sewa rumah Rp 800 ribu, yang bayar listrik, ledeng, dan belanja ading-ading (adik),” kata Rahmad menimpali pertanyaan wartawan klikkalsel, Selasa (24/10/2017).

Ia tidak mau sekolah, karena kasihan dan tidak mau membenani ibunya yang masih hidup. Semenjak sepeninggalan ayahnya dua tahun silam Rahmad memilih berjualan dari pagi hingga sore hari.

Anak pasangan Santi dan Wardi (alm) ini menyambung peran ayahnya yang meninggal, menyandang tulang punggung membantu menghidupi keluarganya.

Hasil jualan setiap harinya Rahmad hanya membawa pulang uang Rp25 ribu dan maksimal Rp30 ribu.
“Walau saya merasa sungkan, ada saja orang baik yang mengasih uang dan makanan. Padahal ulun kada meminta-minta, (saya bukan ngemis), dan tidak ingin dikasihani,” cetusnya.

Walau begitu, Rahmad masih punya kakak yang masih memberinya uang, walau tak seberapa. Maklum kakaknya masih kuliah dengan ongkos sendiri. (*)

Penulis : Azka
Editor : Farid

Tinggalkan Balasan