Safar Bukan Bulan Sial

BANJARMASIN, klikkalsel– Bulan Safar yang secara bahasa berarti kosong, sebab pada jaman dulu orang arab kerap kali meninggalkan rumah mereka sehingga menjadi kosong pada bulan tersebut. Dan inilah yang akhirnya memberikan arti jika bulan Safar adalah bulan yang harus diwaspadai karena memiliki banyak kesialan.

Ada juga yang mengatakan jika Safar diambil dari nama penyakit seperti yang juga diyakini orang Arab jahiliyah di masa lampau yakni penyakit safar yang mewabah pada bulan tesebut. Menurut keyakinan mereka penyakit tersebut ada di perut sehingga akan membuat seseorang menjadi sakit karena terdapat ulat besar yang sangat berbahaya.

Pendapat yang menyatakan jika bulan bulan kedua dalam penanggalan Hijriyah adalah bulan sial dan tidak baik untuk mengadakan sebuah acara penting merupakan khufarat atau tahayul dan mitos.

Khurafat adalah bentuk penyimpangan dalam akidah Islam. Beberapa keyakinan dalam hal ini meliputi beberapa larangan seperti melakukan pernikahan, khitan dan berbagai perbuatan lain yang apabila dilakukan akan menimbulkan musibah atau kesialan.

Pemikiran ini terus saja berkembang dari setiap generasi bahkan hingga sekarang yang dianggap sebagai bulan tidak menguntungkan.

Rasulullah SAW juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)

Pada dasarnya, bulan Safar juga terdapat kebaikan serta keburukan seperti halnya bulan yang lain. Kebaikan yang ada hanya semata mata datang dari Allah dan keburukan terjadi karena taqdir-Nya.

Sial, naas ataupun bala bisa terjadi kapan saja dan tidak hanya sebatas bulan Safar saja. Allah SWT menegaskan, “Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51).

(david/ berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan