BANJARMASIN, klikkalsel.com – Puluhan senjata pusaka peninggalan kerajaan Banjar, dan koleksi dari sejumlah museum dipamerkan di Museum Waja Sampai Kaputing (Wasaka) Banjarmasin.
Puluhan senjata tradisional tersusun didalam etalase kaca, dengan berbagai Jenis dan ukurannya. Mulai dari keris, belati, badik, tombak, hingga parang. Pameran senjata tersebut dilaksanakan dalam rangka hari Museum Nasional 2021, kegiatan tersebut berlangsung dari tanggal 11 hingga 14 Oktober.
Kegiatan pameran yang dilaksanakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Pemprov Kalsel dengan menggandeng Komunitas Pencinta Senjata Tradisi Kalsel, Wasi Pusaka Banua (Wasaka).
Salah seorang anggota Komunitas Wasaka, Faisal Embron menjelaskan selain koleksi milik anggota Komunitas Wasaka, ada pula koleksi dari tiga museum di Kalsel yang ditampilkan. Seperti koleksi Museum Lambung Mangkurat, Museum Rakyat Kabupaten HSS, dan Museum Wasaka.
Bahkan senjata tradisional yang dipamerkan tersebut tidak hanya senjata tajam semata, tetapi ada pula senjata yang berbentuk kostum atau kaos berajah, azimat, tongkat cemeti, hingga replika kostum yang dikenakan Pangeran Antasari.
“Sebenarnya, bisa saja kami tampilkan lebih banyak dari ini. Tapi lantaran spacenya terbatas, kemudian lantaran masih dalam situasi pandemi Covid-19, jadi kami batasi,” bebernya (11/10/2021).
Selain memperingati Hari Museum Nasional, kegiatan tersebut juga sebagai ajang silaturahmi antar sesama pegiat hingga penghobi benda pusaka.
“Jadi, sebagian koleksi mereka kami gabungkan di sini. Tujuannya tak lain untuk melestarikan, mencintai dan mengenal benda-benda berikut sejarah yang menyertainya,” terangnya.
Salah seorang pengunjung, Jailani Hasan, yang tampak hadir terlihat antusias. Bahkan, warga asal Sungai Miai itu aktif bertanya tentang sejarah dan asal usul benda yang dipamerkan.
Salah satunya, senjata yang bernama Sungga. Terbuat dari besi baja, dengan bagian ujungnya yang sangat lancip. Bentuknya pun lumayan besar dibandingkan senjata lainnya. Ditaksir, untuk mengangkutnya saja memerlukan tenaga dua orang dewasa.
“Saya baru tahu, itu yang biasa digunakan pejuang kita untuk menjebak musuh. Kata panitia pameran tadi, biasanya diletakkan di bawah jembatan yang bakal dilintasi penjajah belanda,” jelasnya.
“Bayangkan saja ketika jembatan dirobohkan oleh pejuang, penjajah yang terjatuh tentu diadang Sungga itu,” tambahnya.
Selain itu, Hasan juga mengatakan bahwa melihat pameran senjata tradisional yang berlangsung, secara tak langsung juga melihat saksi bisu. Perjuangan, mempertahankan kedaulatan dan harga diri bangsa.
“Mestinya pameran seperti ini bisa digelar sesering mungkin, agar kita bisa lebih mengenal apa saja budaya di tempat kita, kemudian bisa lebih menghargai jerih payah pendahulu,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amran