Pesanan Peti jenazah Khusus Orang Terpapar Covid-19 Meningkat

Proses pembuatan peti mati husus orang yang neningal terpapa Covid-19 di Komplek Purnama Permai III Sungai Andi Banjarmasin Utara

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Pelaku usaha peti jenazah, khusus yang meninggal dunia karena terpapar Covid-19 beberapa pekan terakhir mengaku mendapatkan banyak pesanan dari rumah sakit.

Pesanan peti jenazah tersebut meningkat seiring dengan virus Covid-19 merajalela di Kota Banjarmasin.

Diarto (40), merupakan salah satu pengrajin peti jenazah di Kota Banjarmasin. Ia menyuplai kebutuhan di RSUD Ulin Banjarmasin. Sejak Covid-19 melanda, bahkan sejak beberapa pekan terakhir, mengaku permintaan peti jenazah naik pesat.

Dairto membuat peti jenazah untuk pasien Covid-19 milik di Komplek Purnama Permai III Jalur 4A RT 38, Kelurahan Sungai Andai, Kecamatan Banjarmasin Utara. Terlihat beberapa peti jenazah yang setengah jadi tersusun di halaman rumah.

Proses pembuatan peti mati husus orang yang neningal terpapa Covid-19 di Komplek Purnama Permai III Sungai Andi Banjarmasin Utara

Sementara, di tempat yang sama sejumlah pekerja tengah membuat peti jenazah tampak lihai memotong kayu multiplex atau plywood, menyusunnya hingga berbentuk peti, dan mengecatnya dengan cat berwarna hitam.

Peti jenazah yang dibuat berbahan plywood. Ukuran panjangnya 180 centimeter dengan lebar kepala dan kaki kurang lebih 60 centimeter. Sedangkan tinggi peti tersebut di bagian kepala dan bagian kaki 40 Centimeter.

Di bagian dalam peti terdapat seng aluminium sebagai alas dan bagian dinding juga dilapisi bahan yang sama agar kedap udara.

Diarto sudah menggeluti usaha tersebut selama 6 tahun terakhir atau sejak 2015. Ia juga mengaku bisa membuat 150 sampai 180 peti jenazah dalam sebulan. Setiap satu peti jenazah dihargai bervariatif, mulai Rp 1,7 juta hingga Rp 2 juta.

“Waktu awal-awal covid, saya baru membuat peti jenazah untuk pasien, sebelumnya sejak tahun 2015 saya sudah membuat peti mati pengiriman yang biasanya digunakan mengirim jenazah di pesawat, untuk harga tergantung naik turunya harga bahan,” ujarnya, Rabu (11/8/2021).

Sementara ini, terhitung dari awal Agustus 2021 hingga sekarang sudah ada 80 peti yang dibuatnya. Bulan Juli lalu ada 180 peti dikirim ke rumah sakit.

“Pengiriman biasanya per 10 peti, dan pembuatan tergantung permintaan ada yang 50, 100 tapi bulan Juli kemarin 180 sudah dikirim,” ujarnya.

Selain bahan yang terkadang susah-susah gampang, cuaca juga menjadi faktor yang berpengaruh besar dalam pembuatan peti, sebab Diarto melakukan pekerjaan peti di halaman rumah saja.

“Saya bahanya plywood meranti ukuran 12 mili sampai 15 mili, kalau ga ada digunakan semi meranti, dalam tiga hari saya dibantu 4 pekerja yang masih ada hubungan keluarga dan mampu membuat sebanyak 24 peti mati,” jelasnya.

Selain itu, ia juga mengungkapkan ada satu bahan yang lumayan sulit dicari yaitu seng alumunium untuk pelapis dalam peti agar peti jenazah kedap udara.

“kadang yang sulit juga seng alumunium untuk 24 peti jenazah diperlukan 4 roll seng aluminium,” ujarnya.

Adapun omzet yang di dapat dari peti jenazah tersebut, dikatakan Diarto, ia hanya mendapat keuntungan bersih kurang lebih Rp 400 ribu per satu peti matinya.

“Satu petinya saya dapat untuk bersih kurang lebih Rp 400 ribu, itu bersih untuk saya kalo modalnya kurang lebih 1 juta itu belum termasuk biaya antar dan upah pengrajin,” ungkapnya.

Sementara upah membuat peti khusi pasien Covid-19 pengrajinnya diberi upah perorangan Rp 100 ribu untuk satu peti.(airlangga)

Editor : Amran