BANJARMASIN, klikkalsel.com – Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Basirih oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) memberikan dampak yang cukup besar terhadap pengelolaan sampah di Banjarmasin.
Banjarmasin yang merupakan kota dengan produksi sampah mencapai 500-600 ton per hari. Penutupan TPA Basirih tentu membuat banyak lautan sampah di sejumlah sudut wilayah kota.
Tanpa adanya solusi yang cepat dan efektif, cepat atau lambat, di sudut-sudut kota Banjarmasin akan menjadi lautan sampah. Seperti saat ini dampaknya langsung sangat terlihat di berbagai titik jalan yang kini dipenuhi tumpukan sampah.
Baca Status Darurat Sampah, Walikota Minta Warga Pilah Sampah dari Sumbernya
Baca Juga Pasar Sentra Antasari Juga Menjadi Wadah Penumpukan Sampah Pasca TPA Basirih Di Tutup
Disampaikan Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, M Ridho Akbar, bahwa hal ini bukan hanya masalah kebersihan kota, tetapi juga berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, dan ketidaknyamanan bagi masyarakat.
Saat ini, solusi yang bisa dilakukan adalah
membangun fasilitas pengolahan sampah di tingkat kecamatan, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memilah dan mengurangi sampah dari sumbernya. Namun, solusi jangka panjang harus lebih strategis dan berkelanjutan.
“Kita perlu membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di beberapa titik kota agar tidak hanya mengandalkan satu lokasi pembuangan akhir,” ucapnya, Selasa (11/2/2025).
Selain itu, pemanfaatan teknologi seperti insinerator atau metode pengolahan sampah menjadi energi bisa menjadi opsi untuk mengurangi ketergantungan terhadap TPA.
Hal tersebut menurut Rodho bisa dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Pemerintah bisa menggandeng pihak swasta untuk berinvestasi dalam pengolahan sampah, sementara masyarakat perlu diedukasi agar lebih sadar dalam memilah sampah dan mendukung program daur ulang.
“Jika ini bisa dijalankan dengan baik, kita tidak hanya menyelesaikan krisis sampah saat ini, tetapi juga membangun sistem pengelolaan sampah yang lebih modern dan ramah lingkungan untuk jangka panjang,” ungkapnya.
“Kita harus melihat krisis ini sebagai momentum untuk berbenah. Pengelolaan sampah yang buruk bukan hanya soal tempat pembuangan, tetapi juga kebijakan dan pola pikir yang harus diubah. Jika tidak ada perubahan signifikan, masalah ini akan terus berulang dan semakin sulit ditangani di masa depan,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amran