Penjelasan BNPT Terkait Tingkat Kerawanan Paham Intoleran dan Radikalisme di Kalsel

Kepala Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen TNI Nisan Setiadi

BANJARMASIN, klikkkalsel.com – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI mengupayakan deteksi dini paham intoleran dan radikalisme yang berujung aksi terorisme di seluruh provinsi, tak terkecuali Kalimantan Selatan (Kalsel). Religiusitas yang kental di Kalsel dinilai BNPT RI sebagai benteng utama masyarakat menangkal paham yang dapat merusakkan NKRI.

Kepala BNPT RI Komjen Pol Boy Rafli Amar diwakili Kepala Deputi Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Mayjen TNI Nisan Setiadi menyampaikan kondisi di Kalsel masih dalam kategori kondusif. Artinya dianggap tidak rawan dari ancaman paham intoleran dan radikalisme.

“Sangat bagus sekali kegiatan keagamaan dan sosialisasi budaya di Kalsel ini l, sehingga paham radikalisme yang dimulai dari intoleran tidak begitu nampak,” ucapnya kepada awak media saat membuka kegiatan Aksi Musik Anak Bangsa ‘ASIK Bang’ yang digelar Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalsel di Taher Square Banjarmasin, Rabu (8/9/2022) malam.

Dia meminta kepada masyarakat Bumi Antasari agar terus merawat situasi kondusif tersebut. Keberagaman di Kalsel, ujarnya harus terus dijaga dengan menjunjung tinggi ideologi Pancasila demi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

“Saya lihat bagus sekali antara pendatang dengan masyarakat lokal yang berbaur dengan kearifan lokal di sini,” pungkasnya.

Baca Juga : BNPT Rangkul Generasi Muda Kalimantan Selatan Jadi Agen Pencegahan Terorisme

Baca Juga : ASIK BANG Langkah Dini Cegah Radikalisme, FKPT Kalsel Hadirkan Mayjen TNI Nisan Setiadi

Kendati demikian, dia mewanti-wanti masih ada celah masuknya paham intoleran dan radikalisme yakni dengan memanfaatkan mudahnya akses informasi melalui internet.
Dia mengatakan internet bagai pisau bermata dua. Ada sisi yang membawa dampak positif dan negatif.

Dilirik dari sisi positif mempermudah aksi penyebar luasan informasi dan edukasi. Namun yang patut diwaspadai adalah terbuka luasnya ruang informasi ini dimanfaatkan pelaku doktrinasi paham radikalisme.

“80 persen pengguna internet di Indonesia, 70 persen aktif di media sosial yang mana 60 persen pengguna nya adalah anak muda,” tandasnya. (rizqon)

Editor: Abadi