Pengrajin Tajau “Mati Suri”

Ijay Pengrajin Tajau dikawasan Kuin, satu satunya yang masih bertahan. (foto : azka/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Tempat penampungan air yang terbuat dari campuran semen dan pasir atau yang disebut masyarakat Banua dengan tajau, kini pengrajinnya hanya tertinggal satu.

Ijay Pengrajin Tajau dikawasan Kuin, satu satunya yang masih bertahan. (foto : azka/klikkalsel)

Dia adalah Ijay (35) warga Pangeran RT 5, Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin Utara. Saking sepinya pembeli, dalam beberapa hari ia hanya mampu membuat 7 hingga 9 buah saja tajau. Ini jauh berbeda, dulu ia membuat puluhan tajau dalam sehari.

“Sekarang pembeli tajau jauh sangat sepi jika dibanding dengan dulu katanya,” katanya, Sabtu, (30/6/2018).

Saat ini keberadaan tajau tergeser dengan sejumlah penampungan yang terbuat dari bahan plastik, tak mudah pecah dan jauh lebih ringan.

Tak hanya itu yang memicu menghilangnya pembeli tajau, masyarakat juga sudah menggunakan air bersih dan sumur bor untuk keperluan sehari harinya.

“Jadi tajau sebagai penampungan air bersih sudah mulai ditinggalkan,” kata Ijay yang sudah hampir 10 tahun menggeluti kerajianan tersebut.

Kalau dulu banyak pedagang yang membeli langsung ketempatnya dan dipasarkan ke Aluh Aluh, Tabung Anen, Anjir hingga dari Kapuas. Namun sekarang harus diantar ke tempat-tempat tersebut.”Kalau tidak begitu tajau tersebut takan laku terjual,” keluhnya.

Harga tajau berkisar Rp80 ribu hingga mencapai ratusan ribu tergantung ukuran. Sayang, kampung Tajau yang sempat dimasukan menjadi kawasan objek wisata kini menyisakan satu orang saja pengrajin. (azka)

Editor : Elo Syarif

Tinggalkan Balasan