Opening Ceremony BSF ke 5, Ibnu Sina Tekankan Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Pengrajin

Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina saat menyampaikan sambutan Opening Ceremony, BSF ke 5

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Opening Ceremony, Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) ke 5 Tahun 2021, dirayakan dengan semarak feshion show sasirangan oleh designer banua, Cathrine Ambarsari.

Opening Ceremony yang digarap PT ascarya Mitra Utama (Ascarya Production) ini dilaksanakan di ruang terbuka Hotel Mercure, Duta Mall Banjarmasin, Jumat (8/9/2021) malam.

Sebanyak lima orang model tampil dengan mengenakan sasirangan rancangan Cathrine Ambarsari, ke lima model pun secara bergantian tampil dengan rancangan busana sasirangan dan terlihat anggun.

Feshion Show, Sasirangan olahan dari Designer banua, Hj Cathrine Ambarsari

Dalam acara tersebut turut berhadir sejumlah undangan, seperti Ketua DPRD Provinsi Kalsel, Supian HK beserta istri dan jajaran SKPD lingkup Pemko Banjarmasin.

Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina, usai kegiatan Opening Ceremony, BSF ke 5 ini menyampaikan bahwa, kegiatan kali ini dilakukan di 2 tempat berbeda, yakni di Indoor Atrium Duta Mall Banjarmasin, dan Outdoor Hotel Mercure Banjarmasin.

Kegiatan itu pun dilakukan secara hybrid, yakni secara virtual dan tatap muka langsung untuk membatasi jumlah kunjungan dari antusias warga.

Baca juga: Warga Antusias Ikuti Vaksinasi Gerindra Banjarmasin 

“Kita melaksanakan di dua tempat, hal ini karena keterbatasan tempat, dan juga harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat,” ucapnya, Jumat (8/10/2021).

“Acara di Outdoor ini juga kita batasi hanya 100 orang saja. Sedangkan yang lainnya kita lakukan secara hybrid di atrium dan virtual saja,” jelasnya.

Selain itu, dalam pelaksanaan BSF yang ke 5 ini, juga dilakukan lounching aplikasi Baiman store sebagai langkah upaya pemasaran kain sasirangan lebih ditingkatkan, terlebih dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini.

Tidak hanya itu, Ibnu juga menekankan bahwa dalam BSF kali ini, pihaknya lebih mengedepankan tentang pelestarian lingkungan. Untuk itu, penggunaan pewarna alam lebih dikedepankan.

“Terkait tema, kita ada tiga aspek yang menjadi perhatian yaitu Neture, Sustainability dan Environment,” terangnya.

Terkait Neture, pihaknya ingin mengangkat wastra nusantara asli banua Banjar ke tingkat Nasional yang ramah terhadap lingkungan. Dengan keaslian yang sangat original dan berbeda dengan kain yang lain.

Kemudian Sustainability, tersebut harus terus dilanjutkan sebagaimana kain sasirangan adalah warisan budaya yang terus menerus bisa hidup.

Lalu Environment, pihaknya ingin menghargai jerih payah para pengrajin sasirangan, dengan memberikan harga setinggi-tingginya bagi para pengrajin sasirangan khususnya ke tingkat Nasional.

“Dengan naiknya pamor sasirangan ini, mudah-mudahan bisa menjadi insentif bagi para pengrajin. Ini kita lakukan juga sebagai upaya peningkatan kesejahteraan para pengrajin. Khususnya para ibu-ibu di kampung yang pekerjaannya menerima upah untuk melukis dan menjelujur,” jelasnya.

“Kenapa itu yang kita upayakan, proses pengolahan sasirangan itu tidak mudah. Karena sekian banyak orang yang terlibat untuk membuat selembar kain sasirangan,” pungkasnya.(adv/fachrul)

Editor : Amran