Religi  

Momen Bubur Asyura Menjadi Kesempatan Mempererat Silaturahmi Warga Sungai Andai

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Setiap 10 Muharram sebagian orang-orang di Kalimantan Selatan (Kalsel) khususnya umat Islam menyempatkan membuat makanan spesial yakni bubur Asyura yang sudah menjadi budaya tahunan.

Diketahui, bubur asyura sangat unik karena dibuat dari campuran 41 jenis bahan. Bahannya biasa terdiri dari aneka macam sayuran, kacang-kacangan, sampai daging. Jumlah 41 bahan ini harus dicukupi karena sudah jadi tradisi.

Seperti yang dilakukan Masniah (46) warga komplek Herlina Perkasa, Jalan Kemiri 3, RT 68, Kelurahan Sungai Andai, Banjarmasin Utara mengatakan tidak ada resep pasti dalam membuat bubur ini.

“Biasanya memang ada beberapa bahan wajib yang selalu digunakan oleh orang-orang Banjar, seperti kangkung, jagung manis, wortel, kentang, kacang panjang, tahu, tempe dan beberapa bahan lainnya,” ujarnya kepada klikkalsel.com Kamis (19/8/2021).

Lebih lanjut, ia menjelaskan ciri khasnya (bubur asyura di Banjar) biasanya mereka juga ditambahkan ceker ayam, kepala ayam, dan juga ditambahkan daging ke dalam bubur asyura.

Selain itu, terkadang untuk melengkapi 41 macam bahan tersebut agar lengkap juga ditambah 1 batu kerikil sebagai syarat melengkapi jumlah yang kurang.

“Untuk memasaknya dilakukan beramai-ramai, tidak satu orang tapi beberapa kelompok. Terus nanti dibagi-bagi, gratis siapa yang mau bisa ambil,” jelasnya.

“Namun sebelumnya, bubur yang sudah matang didoakan bersama dengan dibacakan doa selamat. Setelah itu barulah bubur dibagikan,” sambungnya.

Tradisi Bubur Asyura juga berkaitan dengan kisah ketika Nabi Muhammad masih hidup. Saat itu Perang Badar sedang berlangsung. Usai perang, jumlah prajurit Islam menjadi lebih banyak.

Saat itu seorang sahabat Nabi Muhammad memasak bubur. Namun jumlah makanan yang ia buat tak mencukupi karena jumlah prajurit yang begitu banyak.

Akhirnya Nabi Muhammad memerintahkan para sahabatnya untuk mengumpulkan bahan apa saja yang tersedia untuk kemudian dicampurkan ke bubur tersebut agar jumlahnya cukup dan bisa didistribusikan pada semua prajurit.

Selain itu, 10 Muharram bertepatan juga dengan peristiwa penting dalam sejarah Islam. Yakni Perang di Karbala ketika Husain, cucu Nabi Muhammad, terbunuh.

Ketua RT 68, Mulyadi (49) mengatakan tahun ini, di wilayahnya untuk memasak bubur asyura dibagi 4 kelompok agar tidak jadi kerumunan. Mengingat masih situasi pandemi Covid-19 dan diberlakukannya PPKM Level IV.

“Jadi ada 4 titik yang memasak bubur di lingkungan RT 68 agar tidak terjadi kerumunan,” ujarnya.

Adapun dana untuk membuat bubur tersebut, kata Mulyadi warganya ada yang mengeluarkan dana pribadi dan swadaya masyarakat yang dikelola masing masing kelompok.

“Ada yang pribadi ada yang satungan antar warga, juga ada yang membantu dengan menyerahkan bahan sembako,” ungkapnya

Diakuinya, tahun ini terhitung dan terlihat sedikit untuk memasak bubur asyura dibanding tahun tahun sebelumnya.

“Tahun lalu lebih banyak lagi, tahun ini terlihat sedikit. Mungkin memasaknya terpisah-pisah karena menghindari kerumunan,” tuturnya.

Kendati demikian, ia mengambil hikmah dan menilai momen ini juga sebagai bentuk atau waktu untuk menjadi ajang silaturahmi antar warga.

“Momen ini juga menjadi kesempatan mempererat silaturahmi antar warga dan kepedulian sesama warga,” pungkasnya.(airlangga)

Editor : Akhmad