Menteri PPPA Tanggapi Pemberitaan Perempuan dan Anak di Daerah

JAKARTA, klikkalsel.com – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menanggapi pemberitaan yang berkaitan dengan perempuan dan anak serta responsive gender.

“Pemberitaan tentang perempuan dan anak saat ini sangatlah miris. Karena banyak kasus yang melibatkan perempuan dan anak sebagai korban. Parahnya lagi, para pelaku bukanlah orang luar, melainkan orang terdekat dari korban seperti keluarga,’’kata Menteri Bintang Puspayoga dalam azara Zoom dengan keluarga besar PWI se Indonesia, Rabu (03/04/2024) siang.

Dihadapan Ketua PWI Pusat Hendry CH Bangun dan pengurus PWI PWI Bidang Pemberdayaan Perempuan yang diikuti oleh para wartawati di sejumlah daerah di Indonesia, kejadian seperti ini sangat miris kalau dilihat dilapangan. “Ada anak yang masih berusia 3 tahun menjadi korban persetubuhan ayahnya dan masih banyak kasus lainnya,” kata Bintang Puspayoga lagi.

Baca Juga Pemkab Banjar Terima Hibah Aset Operasional BMN RTH Dari Dirjen Cipta Karya Kementrian PUPR RI

Baca Juga Pasca Lebaran, PWI Pusat Kembali Geber UKW Gratis se-Indonesia

Menteri PPPA juga mengatakan, keluarga seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak dalam berlindung. Tapi sayangnya, lingkungan keluargalah yang saat ini banyak ditemui dan penyebab munculnya kasus. Tak hanya dari keluarga, dunia pendidikan juga tercoreng atas ulah dari para pelaku yang tidak dapat menahan hawa nafsunya akan seksualitas.

“Kondisi ini akan menjadi catatan penting bagi media, karena hal ini sangat miris. Seharusnya anak-anak kita nyaman, aman dan berada di dunia pendidikan yang berbasis agama. Tapi malah anak-anak kita merasa tidak nyaman di lingkungan seperti itu karena banyak kasus-kasus yang terungkap di lingkungan pendidikan yang berbasis agama,” ungkap Bintang dalam dialog yang digelar secara zoom meeting ini.

Tak hanya itu, Menteri PPPA Kabinet Indonesia Maju ini juga menanggapi kasus-kasus yang menimpa perempuan dan anak sangat merata tak hanya di satu provinsi juga. Misalnya, kasus di salah satu daerah yang sempat viral, seperti kasus pencabulan yang dilakukan sang kakek pada cucunya yang masih berusia 3 bulan, baby sister yang menganiaya putri majikannya.

“Mohon dibantu Kementerian PPPA ini yang berkaitan dengan isu perempuan dan anak. Karena ini adalah tanggung jawab kita bersama, maka kami ingin mengajak, teman-teman wartawan yang sering mencari informasi, menulis dan menyampaikan pada publik untuk turut menginformasikan kepada Kementerian PPPA,” sambungnya.

Khusus kawin paksa yang terjadi di salah satu daerah di Indonesia, juga turut menjadi perhatian ibu Menteri. Meski hal ini merupakan budaya yang dianggap oleh daerah tersebut, namun ini perlu adanya pendekatan yang persuasif dilakukan.

Kemudian Kementerian PPPA tidak hanya menjadi pemadam alias penyelesaian dari kasus ini. Tetapi juga harus diselesaikan dari hulu ke hilir.

“Intervensi tidak bisa kita lakukan dengan pukul rata. Tapi ini di butuhkan sesuai dengan sikon daerah. Saya yakin untuk menjawab isu perempuan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja dan saat ini angka kawin paksa tersebut bisa turun drastis karena pendekatan kami dengan tokoh agama dan tokoh adat begitu juga dengan daerah lainnya,” tambahnya.

“Selain itu akan menjadi penting masukan-masukan dari rekan-rekan PWI di daerah untuk mencari solusi terbaik dalam isu perempuan di Indonesia,” tutup Bintang Puspayoga.(***)

Editor: Abadi