Lima Tantangan Mukmin Menegakan Iman

UMAT Islam diminta mewaspadai lima musuh yang mengintai. Salah satunya, orang mukmin yang hasad dengan mukmin lainnya.

Ustad Umar thalib saat memberikan tausiah, usai shalat Subuh di Masjid Alhag Banua Anyar. (foto:istimewa/klikkalsel)

Misalnya, penyakit iri hati yang melihat muslim berbuat baik. Belum lagi ujian yang datang dari kaum kafir yang pada akhirnya memusuhi islam.

Pesan tersebut disampaikan ustad Umar thalib saat memberikan tausiah, usai shalat Subuh di Masjid Alhag Banua Anyar.

Tausiah itu kebetulan dihadiri penggiat olahraga, serta organisasi kemasyarakatan dan profesi H Sukrowardi, dan diikuti sekitar 500 muslimin dan muslimah.

Sesuai dengan Hadis Anas bin Malik RA yang diriwayatkan Abu Bakr bin Laal dalam kitab Makaarim al-Akhlaq, Rasulullah SAW bersabda;

“Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian; mukmin yang menghasudnya, munafik yang membencinya, kafir yang memeranginya, nafsu yang menentangnya, dan setan yang selalu menyesatkannya.” (HR ad-Dailami).

Al Quran juga menegaskan bahwa setiap orang yang beriman (mukmin) senantiasa akan mendapat ujian dari Allah SWT. (QS al-Ankabut [29]: 2-3).

Berdasarkan hadis di atas, setidaknya ada lima ujian yang dihadapi seorang mukmin.

Pertama, mukmin yang mendengkinya. Perasaan iri hati ini muncul karena mengetahui orang mendapat kenikmatan. Dari itu pasti akan ada orang lain yang tidak menyukainya (dengki), dan timbul sikap hasud.

Biasanya hasud terjadi disebabkan rasa permusuhan dan kebencian, dengan mengharapkan agar kenikmatan musuh hilang, dan berpindah atau didapatkan si penghasud.

Akhirnya berwatak sombong, dan akhirnya senantiasa khawatir ada orang lain yang lebih hebat dari dirinya dan meremehkannya.

Menghadapi ujian ini dengan menjauhi tukang hasud yang suka menggunjing dan mengadu domba. Tentunya, mukmin sejati harus selalu husnuzhan atau berprasangka baik dan menghindari su`uzhan atau berprasangka buruk

Ujian kedua adalah kaum munafik yang selalu membencinya. Sifat ini jauh berbahaya dari kufur. Sebab, munafik pandai berperan muka dua. Bisa saja menampakkan wajah keislaman (seakan-akan baik), padahal menyimpan permusuhan dalam hatinya.

Salah satu contohnya adalah berita dusta seperti hadits Al Ifki. Peristiwa ini merupakan contoh makar kaum munafik di Madinah terhadap keluarga Nabi Muhammad SAW. (QS an-Nur [24]: 11).

Untuk melindungi diri dari kaum munafik ini, kita wajib bersandar kepada Allah dan berusaha menyingkap tipu daya dan rencana busuk mereka. Orang-orang munafik itu sangat pandai bersilat lidah dan membolak-balikkan kata-kata dengan maksud mempertahankan maksud dan tujuannya. (QS al-Munafiqun [63]: 1-11).

Ketiga, orang kafir yang memerangi. Kaum kafir adalah pendukung kebatilan, setan dan berusaha mencelakakan orang Islam. (QS al-Anfal [8]: 36). Mereka saling tolong untuk memerangi umat Islam. (Lihat QS adz-Dzariyat [51]: 53).

Menghadapi kejahatan kaum kafir, Mukmin harus meyakini bahwa sunnatul ibtila atas mukmin adalah suatu keniscayaan. Di samping itu membekali diri dengan tsiqah billah, husnudzdzan billah, bertawakal kepada-Nya, berdoa dan selalu mengikuti manhaj para ulama yang saleh.

Keempat, setan yang selalu berusaha menyesatkan. (QS Fathir [35]: 6). Setiap mukmin wajib mewaspadai dan menutup rapat semua pintu masuk yang dilalui setan, seperti marah, syahwat, ketergesa-gesaan, kikir, takabur.

Kelima, nafsu yang selalu menentang. (QS Yusuf [12]: 53). Musuh mukmin yang paling bahaya adalah nafsu yang ada dalam dirinya. Untuk itu, wajib membersihkan hati dari semua akhlak tercela dan mengisinya dengan kekuatan iman dan kasih sayang. Di samping harus senantiasa berpegang teguh pada ajaran Ilahi. Wallah a’lam. (bbs)

Oleh : H Sukrowardi

Tinggalkan Balasan