MARTAPURA, klikkalsel.com – Bulan Rajab sangat istimewa, dimana bulan ini terjadinya Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang menjadi momen bersejarah bagi umat islam, Jumat (09/02/2024) siang.
Dimana dalam khutbah Jumat terkahir bulan Rajab ini, KH. Hasanuddin Bin KH. Badruddin menjelaskan, hari ini merupakan akhir jumat bulan Rajab, dimana merupakan bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.
“Kita dianjurkan untuk membaca أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ. sebanyak 35 kali, sewaktu Khatib berada di atas mimbar ini,” ujar pimpinan Pondok Pesantren Darussalam ini.
Pada bulan ini juga, jelas KH. Hasanuddin terjadi peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi besar Muhammad SAW. Banyak sudah hikmah yang dijelaskan oleh para ulama dan mubalig dalam berbagai acara peringatan Isra dan Mi’raj.
“Ketika Rosulullah akan melakukan Isra Mi’raj, dada beliau (Nabi Muhammad, red) dibedah oleh malakat Jibril, lalu dibawa mendekat ke sumur Zam-zam. Di situ dada Rasululah disucikan dengan air Zam-zam. kemudian diisi dengan Elim, Hilim, Yaqin dan Islam, ” ceritanya.
Baca Juga Keistimewaan Bulan Rajab dan Dua Bulan Setelahnya
Baca Juga Haul Guru Sekumpul 5 Rajab, Begini Penjelasan Posko Induk!
KH. Hasanuddin mengatakan, proses tersebut dilakukan, karena Nabi Muhammad SAW adalah seorang pemimpin yang akan membawa umat pada kejayaan dan keselamatan dunia akhirat.
“Kita sebagai umatnya yang baik harus meneladani keempat hal tersebut,” ujarnya.
Sifat Hilm jelasnya adalah pemaaf, tidak mudah marah tidak emosional. Ini merupakan lawanan dari sifat Godhob atau pemarah, tempramental dan lain sebagainya.
“Seorang bisa dinilai berbudi mulia dan berbudaya tinggi kala mampu mengendalikan emosi dengan baik. Sifat ini berdasar akan keyakinan akan Qodo dan Qadar-nya Allah SWT, yang berlaku dalam segala sesuatu di dunia ini,” terangnya.
Rasulullah selama masa hidupnya, ujar KH. Hasanuddin sangat dikagumi oleh lawan dan kawan. Hal tersebut menjadi bukti jika Nabi Muhammad SAW merupakan orang yang lemah lembut, tidak mudah marah, terkecuali orang yang berani melanggar larangan Allah. “Beliau akan marah untuk menyelamatkan ummah dari kesalahan dan kesesatan,” ungkapnya.
Bahkan suatu ketika Nabi berwasiat “janganlah engkau suka marah, maka engkau akan mendapat syurga”.
Kemudian KH. Hasanuddin mengucapkan, sifat yang kedua adalah Elim, yang artinya dapat membedakan baik dan buruk.
Kemudian yang ketiga adalah yakin atau iman, yakni keyakinan agama yang terpatri kuat dalam dada seorang mukmin serta menjadi kekuatan yang memberi motifasi jiwa dalam melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan.
“Kekuatan iman yang mampu mewujudkan nilai Taqwa seseorang, yakni kesadaran untuk siap menjunjung segala perintah, dan menjauhi larangannya. Iman yang benar akan membentuk sifat Akhlak yang baik,” ucapnya.
Ia juga mengatakan, jika melihat Islam di masa keemasannya, maka kita bangga, tapi harapnya jangan hanya bangga saja, tapi juga dapat memicu semangat untuk kembali bankit dari tidur yang panjang ini.
“Untuk membangun pilar-pilar kejayaan Islam, kita harus membangun semangat kekuatan jiwa yang kuat [اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ], orang mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai disisi Allah,” ungkapnya.
Maksud dari kekuatan tersebut, ujar KH. Hasanuddin adalah kekuatan Iman dan Yaqin, baru kekuatan ekonomi fisik dan lainnya.
Selain itu, pada sifat yang terakhir adalah Islam, dimana mengartikan sebagai pengamalan dari ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Islam merupakan tatanan kehidupan yang khusus, apabila diyakini dan dijalankan dengan baik maka akan membawa keselamatan dunia dan akhirat.
“Islam datang merubah manusia dari kegelapan, kebodohan dan kekafiran menuju ke cahaya ilmu dan ke keimanan. Merubah akhlak yang bejat menjadi mulia, merubah zaman peperangan dan perselisihan menjadi aman dan penuh kedamaian. Jadi Islam merupakan pedoman hidup yang diajarkan oleh Rasulullah SAW kepada seluruh umat manusia di muka bumi, agar tercipta kehidupan yang damai, adil dan makmur,” jelasnya.
“Semoga kita semua semakin kuat iman dan taqwa kepada Allah, mau mensucikan diri dari segala dosa dan kesalahan. Serta meu mengisi dada kita dengan sifat Elim, Hilim Yaqin dan Islam, seperti Rasulullah saat mau menjalankan Isra Mi’raj. Mudahan kita mendapatkan kebahagiaan dunia dan kahirat,” tandas KH. Hasanuddin dalam khutbahnya.
Editor: Abadi