Dokter RSUD Ulin Banjarmasin: Banyak Anak Penderita Kanker Telat Menjalani Pengobatan Akibat Ketidakpahaman Orang Tua

Ilustrasi: anak pasien penyakit leukimia (kanker darah) menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Penanganan kasus kanker di Kalsel masih terkesan lambat. Hal ini bukan karena keterbatasan pelayanan dan fasilitas kesehatan untuk melayani pasien, melainkan minimnya kesadaran masyarakat untuk mendeteksi dini kanker pada anak.

Dokter Spesialis Anak di RSUD Ulin Banjarmasin, dr Wulandewi Marhaeni SpA (K) mengatakan tak sedikit dari orang tua yang ragu-ragu mengizinkan anak mereka penderita kanker untuk menjalani terapi atau pengobatan. Bahkan, ada yang menolak dan memilih membawa pulang sang anak. Hal tersebut lantaran banyak masukan dari para keluarga pasien.

“Contoh itu menjadi salah satu faktor penderita kanker telat menjalani pengobatan, sehingga penyakitnya semakin parah,” ujarnya, Jumat (1/3/2024).

Tak salah jika data organisasi kesehatan dunia (WHO) yang menyebutkan, tingkat kesembuhan kanker anak di negara berpenghasilan tinggi mencapai 80 persen. Sedangkan di negara berpenghasilan menengah dan rendah, angka kesembuhannya hanya mencapai 20 persen.

Selain contoh kasus di atas, Wulan menyebutkan ada beberapa faktor yang memengaruhi tingkat kesuksesan penanganan kanker anak. Seperti pemahaman tentang kanker yang kurang sehingga angka diagnosis rendah, pasien yang putus pengobatan, dan minim supportif care. Ketersediaan obat juga terkadang jadi masalah.

Menurut Wulan, kebanyakan kasus kanker terlambat ditangani sehingga pasien baru berobat dalam stadium lanjut.

Selain itu, jumlah dokter spesialis anak juga masih kurang. Wulan adalah satu dari dua dokter spesialis hematologi onkologi anak dan konsultan kanker anak di RSUD Ulin Banjarmasin.

Baca Juga : Seminar Awam WCD, Pemko Inginkan Deteksi Dini Kanker Terus Ditingkatkan

Baca Juga : BBPOM Banjarmasin Sita Jamu Tanpa Izin Edar Senilai Rp 332 Juta

Jumlah itu jelas masih sangat kurang. Kasus baru kanker anak di RSUD Ulin diperkirakan mencapai 150 orang per tahun. Sebanyak 50 persen di antaranya merupakan penyakit Leukimia Akut.

“Di Belanda, satu rumah sakit bisa delapan orang dokternya. Jadi, dalam sehari, satu dokter itu bisa hanya tujuh pasien. Sedangkan di tempat kita, bisa sampai puluhan pasien yang ditangani satu dokter dalam sehari,” ucapnya.

Wulan berharap penyakit kanker anak bisa menjadi perhatian semua pihak. Pemahaman masyarakat, khususnya orang tua pasien harus meningkat. Dukungan dari pemerintah terkait sarana dan prasarana juga mumpuni.

Di sisi lain, Wulan mengungkapkan ada banyak contoh pasien kanker anak yang pernah ia tangani berhasil sembuh. Bahkan, beberapa dari mereka sudah bekerja menjadi notaris dan perawat.

“Tentu saya senang melihatnya,” ujarnya.

Wulan mengatakan, pasien kanker anak yang berhasil sembuh dan dinyatakan tak ada lagi gejala tersebut telah menjalani sederet rangkaian terapi.

Staf Divisi Hematologi Onkologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat ini, menyebut waktu yang diperlukan untuk memastikan sel kanker di dalam tubuh seseorang benar-benar hilang itu bervariasi.

“Tergantung jenis kankernya. Kalau misalnya Leukimia Akut yang lipoblast, maka saya perlu waktu 112 minggu untuk terapi. Seama 112 minggu itu ada beberapa evaluasi,” pungkasnya. (rizqon)

Editor: Abadi