BPK HIPPINDO itu adalah sebuah yayasan yang didirikan oleh pemuda-pemudi keturunan Tionghoa dan Pribumi yang berprofesi sebagai pengusaha dan pedagang yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan.
“Hingga tahun 1970 an, di Banjarmasin hanya ada 4 unit mobil FFT Pemadam Kebakaran yaitu 2 unit pada Ton I (Peloton I) yaitu BPK Pemda Kotamadya dan 2 unit milik Ton II yaitu BPK HIPPINDO,” imbuhnya.
Kemudian 2 tahun Banjarmasin memiliki FFT, tepatnya tahun 1972-1973 terjadi kebakaran besar di Daerah Kelurahan Pekauman, yang mana api kala itu mengamuk selama kurang lebih 6 jam
Sehingga 4 unit mobil Pemadam Kebakaran yang ada tidak mampu mengatasi kebakaran tersebut dan mengakibatkan ribuan rumah dan bangunan musnah terbakar.
Kebakaran tersebut, kata Mansyur tidak hanya memusnahkan tempat tinggal dan harta benda penduduk Pekauman akan tetapi juga modal usaha bagi para pedagang dan pengusaha.
“Atas kejadian itu, mereka mulai berpikir bagaimana cara melindungi harta benda, tempat tinggal dan usaha mereka dari bahaya kebakaran,” tuturnya.
“Dari situ, juga akhirnya dibentuk BPK swasta atau dari swadaya masyarakat Banjarmasin untuk membantu tugas armada milik pemerintah kota. yang kala itu pembentukanya mendapat dukungan dari Walikota yang saat itu dijabat oleh Kamaruddin,” sambungnya.
Baca Juga :Â Digelar di Bawah Guyuran Hujan, HUT Damkar ke 103 Jadi Ajang Silaturahmi Pemadam Kebakaran se Banjarmasin
Karena itulah sejak tahun 1972 muncul BKP SP (Swasta Pribumi) yang didirikan untuk pertama-tama melindungi usaha perdagangan.
Mereka yang menjadi anggotanya dan juga secara sosial ikut serta menjadi sukarelawan memadamkan kebakaran terjadi di Banjarmasin tanpa menarik atau meminta bayaran dari masyarakat.
“Mereka mendapatkan dana dari sumbangan masyarakat anggotanya dan masyarakat lainnya yang mau menjadi donatur,” ceritanya.
BPK Swasta Pribumi sendiri, kata Mansyur, diresmikan pada 16 Agustus 1975 oleh Walikotamadya Banjarmasin Kamaruddin. Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Banjarmasin dan bermarkas di Jalan Teluk Tiram, Kecamatan Banjarmasin Barat.
“Dari beberapa sumber dituliskan pada era itu Walikotamadya Kamaruddin menyarankan agar BPK Swasta Pribumi itu diganti namanya, agar kesannya tidak terlalu berbau primordialisme. Namun, para pendiri tetap menolaknya, hingga akhirnya diambil jadi singkatan saja BPK SP dengan memasang semboyan, pantang bulik sebelum pajah (pantang pulang sebelum padam),” jelasnya
BPK ini disponsori oleh H Aini yang merupakan pengusaha sekaligus pedagang besar Pasar Ujung Murung. Fasilitas BPK SP pun dilengkapi dengan peralatan canggih seperti mesin pompa pemadam kebakaran berkapasitas besar, ditambah trailer mesin mobil DOS 6 silinder, serta mesin rakitan yang berdaya semprot tinggi.
Hingga dekade tahun 2000 an BPK SP tetap berkantor di Jalan Teluk Tiram berdampingan dengan Kantor Lurah Telawang. Sampai, BPK SP pun telah memiliki 14 Batalyon (Ton) yang tersebar di lima kecamatan di Banjarmasin.
“BPK SP yang bermetamorfosis menjadi PMK SP juga telah memiliki 20 unit mobil operasional, 13 unit mobil brandweer, ditambah 14 rescue boat. Hingga kemudian membangun markas baru di Jalan Kertak Baru Ilir, tepatnya berada di belakang Hotel Mentari Banjarmasin,” tuturnya.
Berdirinya BPK SP kemudian diikuti oleh berdirinya BPK-BPK lainnya seperti Nasa, Radar, Kramat dan lainnya. Selain itu, terdapat nama DAMKAR, (Pemadam Kebakaran), BALAKAR (Bala Bantuan Kebakaran), KOMDAR (Komunikasi Darat).
Dalam beberapa dekade, terdapat puluhan bahkan ratusan peristiwa kebakaran besar yang ditangani pemadam kebakaran di Banjarmasin.





