MARTAPURA, klikkalsel.com – Rencana perluasan trayek Bus Banjarbakula akan masuk ke Kota Martapura, Kabupaten Banjar membuat para pekerja angkutan kota (Angkot) menjadi cemas akan pendapatannya.
Perluasan trayek Bus Tayo tersebut membuat para supir Angkot yang beroperasi di Martapura merasa keberatan, pasalnya dengan adanya layanan angkutan umum Buy The Service (BTS) tersebut, dapat menggangu mata pencarian mereka.
Seperti Muhammad Hadian, menurutnya dia dan beberapa rekannya memakai jalur angkutan umum untuk daerah Cempaka – Martapura. Namun ketika masuk bus milik pemerintah dapat mematikan mata pencarian pihaknya.
“Kalau bisa pemerintah jangan menggangu jalur kami, karena kami sudah lama merintisnya. Ditambah saat ini pendapatan kami sudah mulai menipis, terlebih ditambah masuk Bus Tayo apa lagi yang kita palar (diharapkan, red),” ungkapnya, Kamis (09/05/2024).
Baca Juga Paman Birin Apresiasi Kontribusi Hasnur Centre Sebagai Penggerak Peningkatan SDM Banua
Mahdian mengatakan, pendapatan pihaknya sudah mulai menurun, dalam sehari hanya mengais Rp50 ribu dipotong setoran, hal tersebut dikarenakan para pelajar sudah beralih dengan angkutan yang disediakan untuk pelajar.
“Kami harap pemerintah bisa mempertimbangkan lagi,” harapnya.
Menanggapi keluhan masyarakat tersebut, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar, H Muhammad Rofiqi mengatakan, masuknya Bus Tayo ke Martapura merupakan perkembangan yang seharusnya dibarengi dengan kebijakan yang baik.
“Memang Martapura sudah seharusnya berkembang menjadi lebih modern lagi. Saya setuju Bus Tayo masuk ke Kabupaten Banjar, namun dengan catatan, misalkan tidak menggangu trayek yang sudah ada,” ucapnya.
Rofiqi mengatakan, dari hasil pantauannya saat ini usaha para penarik Angkot sudah mulai sepi. Seharusnya menurut Politisi Gerindra ini, para sopir trayek tersebut diberikan kompensasi dengan dipekerjakan untuk Bus Bus tayo.
“Kalo seperti ini, namanya mematikan usaha rakyat. Harusnya kodok tidak mati, ular tidak kelaparan (sama-sama bisa hidup dalam peribahasa Banjar, red),” pungkasnya. (Mada Al Madani)
Editor: Abadi