BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sejumlah truk berkapasitas besar kembali padati Jalan Brigjen H Hasan Basri Banjarmasin, sebagai akses alternatif angkutan dari dalam dan luar Kalimantan Selatan (Kalsel) karena takut melintas di Jalan Gubernur Syarkawi, Jumat (9/4/2021).
Informasi yang dihimpun klikkalsel.com di lapangan, sejumlah truk tersebut sudah mengantre dari malam kemarin atau menunggu giliran menyebrang menggunakan kapal LCT yang tak jauh dari RS Ansari Saleh.
Menurut keterangan salah satu sopir truk asal Gambut pengangkut logistik ke Kalimantan Tengah (Kaltemg), Hendra (36), mengatakan karena sulitnya melintasi Jalan Gubernur Syarkawi menjadi alasan ia harus memilih jalan Brigjen H Hasan Basri di Kayu Tangi Banjarmasin sebagai akses alternatif untuk mengantar logistik ke luar provinsi kalsel.
“Kenapa kami memilih antre disini, karena jalan Gubernur Syarkawi sangat rusak,” ujarnya.
Ia mengungkapkan, dalam satu hari di Jalan Gubernur Syarkawi sering didapati satu sampai 2 buah truk yang terbalik saat melintas.
“Sudahnya yang as pendek, ada sekali 4 buat Truk patah as rodanya saat melintas di Jalan Gubernur Syarkawi yang ekstrim,” ungkapnya yang sudah berprofesi selama 10 tahun menjadi sopir truk.
Karena hal itu, banyak sopir truk yang tidak berani melintasi Jalan tersebut dan mulai memilih jalur alternatif menggunakan penyeberangan LCT meski harus antri lama.
“Biasanya dalam kondisi normal meantar logistik ke Sampit 1 tari sampai tapi kalo kondisi seperti ini 2 sampai 3 hari itupun tergantung antrian penyebrangan yang berhari hari,” tuturnya.
Ditambahkan Jala (40) yang juga seorang sopir truk mengatakan saat ini Jalan Gubernur Syarkawi wilayah Kilometer 1 sampai 14 mengalami kerusak.
“Antara dari Batola ke sungai tabuk jalan disana yang rusak,” ujarnya.
Menurutnya, rusaknya jalan tersebut dikarenakan tidak tahan menopang beban truk yang bermuatan besar saat melimtas dan kadang terbalik.
“Kalo ada terbalik sama menunggu juga, bedanya disana sepi kedada warung kalau disini antrinya masih mudah banyak warung,” tuturnya.
Ia juga mengaku, merasa rugi dengan waktu karena akses Jalan Gubernur Syarkawi yang sulit dilewati dan padatnya antrian untuk menggunakan fasilitas penyeberangan.
“Banyak sopir truk yang mengeluh karena harus memakan waktu lebih banyak dari biasanya untuk satu kali beroperasi. Ditambah biaya penyebrangan Rp350 ribu untuk satu kali menyeberang,” jelasnya.
Kendati demikian, Ia berharap, agar kiranya pemerintah bisa mencarikan solusi untuk masalah ini, guna mengurangi kemacetan yang ada. Misalnya menambah armada penyeberangan dengan harga yang lebih terjangkau.
Karena memakan waktu yang lama otomatis biaya operasional juga meningkat dan terkadang harus dibebankan ke sopir.
“Kita menunggu antrean lama hingga berjam jam bahkan sampai 1 hari, biaya jadi meningkat, dan saat malam hari penyebrangan tidak dijalankan,” ujarnya.
Menurutnya, jika memang harus memaksakan untuk melintas di Jalan Gubernur Syarkawi muatan trus harus kosong.
“Kalau muatan truk full risiko tinggi kebanyakan amblas, dan terbalik. Jika dipaksakan menurut saya tidak akan efektif untuk perbaikan yang ada,” pungkasnya.(airlangga)
Editor : Amran