BARABAI, klikkalsel.com – Masyarakat Adat Dayak Meratus menggelar Aruh Adat di Balai Patikalain, Desa Patikalain, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) 20 kilometer dari pusat Kota Barabai.
Kegiatan tersebut merupakan bentuk rasa syukur atas hasil panen yang didapat oleh masyarakat, meminta keselamatan hidup, limpahan rezeki, hingga kesehatan.
“Kami bersyukur atas segala limpahan rezeki termasuk hasil panen ini, sehingga kami kawa mahanyari baras. Serta mudahan selalu diberikan kesehatan dan covid-19 segera hilang,” ucap Julak Jumat yang merupakan Balian setempat, Minggu (1/8/2021).
Aruh Adat tersebut berlangsung selama 6 hari 6 malam berturut-turut, yaitu dari Hari Sabtu Malam hingga hari Jumat malam mendatang.
“Dalam istilah Masyarakat Dayak, acara tersebut biasanya dikenal dengan istilah Bawanang yaitu ritual Suku Dayak Meratus sebagai ungkapan rasa syukur atas panen yang melimpah kepada Tuhan Yang Maha Esa,” tambah Julak Jumat.
Diawali dengan makan malam bersama di balai adat tersebut tepat sekitar pukul 19.30 Wita, yang merupakan pertanda dimulainya Aruh.
Baca Juga : Modal Belajar dari Youtube, Warga Desa Atiran HST Optimis Jalankan Peternakan Madu Kelulut
Sebelum dimulai acara, para tokoh adat terlebih dahulu menyajikan persembahan bagi arwah leluhur, berupa beras, kelapa, gula aren, dan kebutuhan pokok lain yang dimasukkan ke dalam Bakul (Keranjang) hasil anyaman atau dikenal dengan istilah Piduduk.
Kemudian dilanjutkan dengan Ritual Batandik dengan meletakkan tembakau, kapur, gambir yang digulung dalam daun sirih.
“Hal itu dilakukan sebagai perantara untuk memanggil Arwah Para Leluhur agar mau menerima persembahan Warga,” ucap Balian.
Selanjutnya, masing-masing Tokoh Balian melakukan ritual Bakapur dengan mengolesi daun sirih menggunakan kapur dan membawa minyak lalaan yang diletakkan dipiring.
Para pemuda dan pemudi Dayak setempat sebelum memulai acara turut menampilkan tarian daerah mereka berupa Tarian Bakanjar dan Babangsai.
Setelahnya, dilanjutkan dengan Acara Ritual Batandik dengan Lalaya yang dipimpin langsung oleh Kepala Balian para tokoh balian lainnya yang berlangsung hingga terbit fajar.
“Batandik pada upacara adat Dayak yang bertugas untuk berurusan dengan dunia atas dan dunia bawah dari para roh manusia yang telah meninggal, serta dengan diiringi alunan Gendang Beriak dan Gelang Hiyang dan sambil didampingi Juru Patati sebagian istri dari tokoh balian,” jelas Kepala Balian Julak Jumat.
Kemudian, Ritual selesai tepat pukul 07.00 Wita dengan para tamu dan masyarakat setempat menggelar makan pagi bersama di Balai Adat tersebut.
Rasa kekeluargaan sangat kental tertanam kepada masyarakat Dayak beserta tamu dan undangan dengan sama-sama berbaur menyantapi hidangan yang telah disajikan.
Diakhir pagi, para tamu dan undangan turut dibagikan Baras Hanyar sebagai buah tangan yang merupakan Beras Buyung yang baru dipanen dan Lamang Ketan yang diolah menjadi makanan khas Suku Dayak setempat.(dayat)
Editor : Amran