Aliansi Kuasa Hukum Keluarga Juwita Libatkan Komnas HAM dalam Pengungkapan Kasus Pembunuhan

Diskusi Publik mengungkap Kasus Juwita dari sisi hukum. (Mada)

BANJARBARU, klikkalsel.com – Aliansi Keadilan Untuk (AUK) Juwita, tim kuasa hukum keluarga Juwita, terus berupaya mengungkap kejanggalan dalam kasus pembunuhan jurnalis perempuan tersebut. Salah satu langkah yang diambil adalah dengan melibatkan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).

Ketua Tim AUK Juwita, Dr. Muhammad Pazri, mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan pertemuan virtual dengan Wakil Ketua Komnas HAM beserta tim investigasi. Dalam pertemuan tersebut, tim kuasa hukum memaparkan data-data penting terkait kasus ini.

“Kami telah memaparkan kronologis kejadian dari awal hingga akhir, serta temuan-temuan kami di lapangan,” ujar Pazri usai forum diskusi bertajuk “Mengungkap Kasus Juwita dari Sisi Hukum” di Sekretariat AUK Juwita, Banjarbaru, Jumat (11/4/2025) malam.

Pazri berharap Komnas HAM dapat segera turun langsung ke lapangan untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Ia menilai masih banyak fakta yang belum terungkap ke publik.

Baca Juga Ketua PWI Kalsel: Kasus Juwita Harus Dikawal, Jangan Sampai Pelaku Lolos dari Hukuman Berat

Baca Juga Terungkap! Oknum TNI AL Jumran Nekat Habisi Nyawa Jurnalis Juwita Karena Enggan Menikahinya

“Kami berharap Komnas HAM dapat mengungkap berbagai kejanggalan yang kami temukan, termasuk kemungkinan adanya pelaku lain,” jelasnya.

Tim AUK Juwita mencurigai bahwa pelaku pembunuhan Juwita lebih dari satu orang. Sejauh ini, baru satu nama yang ditetapkan sebagai tersangka, yaitu Jumran, anggota TNI Angkatan Laut (AL).

Namun, Pazri menilai bahwa rekonstruksi kejadian menunjukkan adanya ketidakmungkinan pelaku melakukan seluruh rangkaian aksi pembunuhan seorang diri. Ia menyoroti banyaknya lokasi yang dikunjungi pelaku sebelum kejadian, termasuk keberangkatan ke bandara.

“Secara ilmiah, kami mengusulkan agar tes DNA dilakukan secara menyeluruh dan dikawal bersama. Kami juga mengusulkan agar tes DNA tidak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi juga di kampus Unair Surabaya untuk memastikan objektivitas,” pungkasnya. (Mada)

Editor: Abadi