BARABAI, klikkalsel.com – Sudah tiga hari banjir melanda Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) yang disebabkan oleh tingginya curah hujan setempat secara merata daerah pegunungan dan daerah bawahnya. Meskipun debit air kota Barabai sudah turun dan perlahan kembali normal, akan tetapi daerah Kecamatan Pandawan dan Labuan Amas Utara masih tergenang tinggi.
Lokasi yang masih tergenang tinggi tersebut diantaranya, yaitu di Desa Masiraan dan Desa Jaranih, Kecamatan Pandawan HST dengan ketinggian debit air masih sepaha orang dewasa. Desa tersebut memiliki Sungai Jaranih yang merupakan satu jalur aliran sungai dengan Kota Barabai yang menerima langsung kiriman air dari hulu sungai.
Menurut pengakuan Bahran warga RT 02 Desa Masiraan Rabu (17/11/2021), Sudah dua hari ini desanya mendapatkan kiriman banjir dari Kota Barabai. Bahkan, dirinya harus menggunakan akses lanting untuk melakukan berbagai macam mobilisasi aktivitasnya.
“Agar tidak basah keluar rumah, kita menggunakan lanting. Biasanya pakai sepeda motor, akan tetapi debit air tinggi, sehingga tidak bisa digunakan. Jadi kita amankan dulu ke tempat yang lebih tinggi,” ungkapnya usai memberi makan ternak.
Baca juga: Update Data Bencana Banjir HST, Air Masih Tergenang Ratusan Jiwa Mengungsi
Baca juga: Sinergi Petugas dan Relawan Evakuasi Ibu Hamil Terdampak Banjir
Selain itu, dirinya pun turut mengungsikan hewan ternaknya berupa sapi yang semula di depan rumah bantaran sungai, dipindahkan ke titik yang lebih tinggi di dekat areal persawahan masyarakat.
Meskipun rumahnya terendam, ia dan keluarga masih tetap tinggal di rumahnya guna menjaga barang-barang, bersih-bersih, serta melakukan aktivitas penghidupan keluarga. Karena, di lokasi tersebut tidak terdapat tempat pengungsian serta jauh dari titik Posko Induk Banjir yang berada di Stadion Mandingin Barabai.
Menurutnya, melihat pergerakan debit air yang sekarang bisa mencapai seminggu baru bisa turun. Karena, daerah hilir sungai tersebut terpantau sudah banyak tertutup sampah dan material yang dibawa banjir. Selain itu, kondisi tersebut juga diperparah dengan sisa banjir bandang awal tahun lalu yang nomalisasi sungainya tak berjalan.
“Dengan adanya banjir ini aktivitas kami terhambat, mata pencaharian terputus. Karena, rata-rata pekerjaan kami sebagai pekebun dan petani yang sebagian lahan kami juga turut terdampak banjir. Semoga lekas surut,” tutupnya.
Sementara itu, Dalam update data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) HST per 17 November 2021, tercatat di Desa Masiraan ada 185 rumah terendam dengan dihuni 208 kepala keluarga dan 739 jiwa.
Sedangkan secara akumulatif, dampak banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah ada 2.349 kepala keluarga dan 6.687 jiwa yang terdampak, serta ada 505 pengungsi. Untuk fasilitas umum, ada 44 sekolah yang terdampak, 4 jembatan rusak 2 diantaranya bahkan putus, 1 ruas jalan rusak, serta ada 2 titik longsor.
“Untuk pengungsi saat ini sudah pulang ke rumah masing-masih semua,” tulis Bonang BPBD HST.
Kendati demikian, ada beberapa kepala keluarga juga turut mengungsi secara mandiri dan tidak terdata di Desa Masiraan. Untuk itu, petugas pun masih berupaya menghimpun data. (Dayat)