BANJARMASIN, klikkalsel.com – Umat Hindu di Banjarmasin dengan khidmat dan sederhana merayakan upacara Hari Raya Galungan bertempat di Pura Agung Jagat Natha Jalan Gatot Subroto, Banjarmasin Timur, Kalimantan Selatan, Rabu (14/4/2021).
Pengurus Pura Agung Jagat Natha atau Jero Mangku I Wayan Landep mengatakan, upacara tersebut bertujuan agar umat Hindu terhindar dari sang bhuta Galungan.
“Jadi kita itu memohon kepada Tuhan yang maha kuasa agar kita terhindar dari sang Bhuta Galungan,” jelasnya.
Selanjutnya, 10 setelah Hari Raya Galungan umat Hindu di Banjarmasin akan merayakan Hari Raya Kuningan.
Dari informasi yang dihimpun, dalam upacara tersebut hanya diikuti beberapa umat Hindu saja, hal itu dikarenakan masih dalam situasi Covid-19 yang masih belum mereda khususnya di Kalimantan Selatan.
“Karena itu untuk ibadah tempat duduknya kita berjarak dengan cara beberapa titik kita beri tanda silang dan yang hadir wajib menggunakan masker,” ucapnya.
Maka dari itu, ia mengimbau untuk umat yang berhadir jangan mengabaikan protokol kesehatan guna memutus mata rantai penyebaran pandemi Covid-19.
“Sebagai upaya penerapan protokol kesehatan ketat dan sesuai apa yang dianjurkan oleh pemerintah,” tegasnya.
Kendati demikian, Sebagai umat hindu pihaknya berharap agar pandemi Covid-19 cepat berlalu.
“Sehingga kami sebagai umat hindu Bisa melakukan upacara jauh sebelum pandemi covid-19,” tuturnya.
Sebelum melakukan upacara Hari Raya Galungan, Jero Mangku I Wayan Landep pihaknya melakukan menampahan, sehari sebelum upacara Galungan.
“Menampagah itu artinya membunuh hal-hal yang bersifat negatif,” ungkapnya.
Setelah itu baru melakukan upacara puncak di Hari Raya Galungan, Galungan sendiri dalam umat Hindu terdapat tiga bhuta yaitu Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan, dan Sang Bhuta Amangkurat.
Mereka adalah simbul angkara (tidak suci). Jadi, dalam rangkaian Hari Raya Galungan, umat berperang, bukanlah melawan musuh berbentuk fisik, tetapi kala keletehan dan adharma. Berjuang, berperang antara dharma untuk mengalahkan adharma.
“Ketiga Bhuta itu lah yang kita netralisir di dalam diri kita masing masing,” jelasnya.
Karena menurutnya Bhuta itu ada di dalam diri sebagai bentuk sifat sifat negatif yang harus di netralisir.
Setelah itu, menjelang 10 hari menuju Hari Raya Kuningan umat hindu akan melakukan puasa bagi yang mampu.
“Bagi yang tidak mampu melaksanakannya hanya bisa melakukan dianam, yang artinya menyebutkan nama – nama Tuhan baik subuh sebelum matahari terbit atau pada sore hari menjelang matahari terbenam,” pungkasnya.(airlangga)
Editor : Akhmad





