BANJARMASIN, klikkalsel.com – Mulai tahun ajaran 2025/2026, sistem penerimaan peserta didik baru resmi berganti nama menjadi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB), menggantikan istilah lama yakni PPDB.
Meski perubahan ini bertujuan untuk penyempurnaan, namun pelaksanaannya masih menyisakan banyak persoalan di lapangan.
Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Kalimantan (Uniska), Dr. Kasypul Anwar, menyampaikan, sejumlah keluhan yang datang dari orang tua siswa, terutama pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Menurutnya, banyak orang tua murid kebingungan karena sistem pendaftaran SPMB dilakukan secara daring. Kurangnya pemahaman terhadap penggunaan teknologi membuat orang tua terpaksa datang langsung ke sekolah tujuan, meskipun prosesnya tidak bisa dilakukan secara manual.
Baca Juga Dewan Awasi Pelaksanaan PPDB Sekolah di Banjarmasin
Baca Juga Disdikbud Kalsel Turunkan Tim Bantu Calon Siswa Mendaftar PPDB
“Banyak orang tua akhirnya datang langsung ke sekolah, namun ada juga yang mencoba mengutak-atik sistem online tapi tetap tidak berhasil. Harusnya, selain sistem daring, juga disediakan alternatif pendaftaran manual,” ujarnya saat ditemui, Senin (23/6/2025).
Kasypul yang juga mantan kepala sekolah di sejumlah SMP di Banjarmasin menilai, pemerintah harus memiliki data yang akurat, terutama terkait daya tampung sekolah berdasarkan wilayah domisili siswa baik itu sekolah negeri, swasta, maupun sekolah berbasis keagamaan seperti madrasah.
“Biasanya yang tidak terdata dengan baik adalah sekolah-sekolah keagamaan. Pemerintah seharusnya memiliki data lengkap ini agar distribusi siswa berjalan lancar,” tuturnya.
Sebagai contoh, di wilayah Banjarmasin Utara saja, ia mencatat ada sekitar 50 SD dan MI, namun hanya belasan SMP yang tersedia. Hal ini tentu menjadi persoalan jika seluruh lulusan SD dan MI diarahkan ke jenjang SMP di wilayah yang sama.
“Pendidikan itu adalah bentuk pelayanan dasar kepada masyarakat. Apalagi kita mengusung jargon wajib belajar 9 tahun. Artinya, pemerintah harus hadir secara penuh dalam sistem ini,” tambahnya.
Ia juga mempertanyakan sistem SPMB ini sudah melalui tahapan uji coba secara menyeluruh sebelum diterapkan. Sebab, dampaknya langsung terasa bagi masyarakat, terutama mereka yang kurang akrab dengan teknologi.
“Mudah-mudahan sistem baru ini bisa berjalan dengan baik dan tidak menjadi beban bagi masyarakat dalam mengakses pendidikan,” pungkasnya. (azka)
Editor : Akhmad





