Sosok Lambung Mangkurat Diangkat Dalam Sebuah Novel

Sosok Lambung Mangkurat Diangkat Dalam Sebuah Novel
Sosok Lambung Mangkurat Diangkat Dalam Sebuah Novel

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Nama Lambung Mangkurat akrab di kalangan masyarakat banjar, bahkan namaya melegenda dan menjadi nama sebuah jalan dan iniversitas negeri terkemuka di Kalimantan Selatan (Kalsel).

Siapa sosok Lambung Mangkurat? Diskusi melalui virtual yang diikuti 150 peserta dari berbagai wilayah sepeti Bali dan Jakarta mengupas nama Lambung Mangkurat yang dituangkan dalam novel Lambung Mangkurat, karya Randu Alamsyah.

Acara dipandu Harie IP ini menghadirkan Rektor Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Prof Sutarto Hadi dan Guru Besar Sejarah ULM Prof Bambang Subiyakto.

Diskusi tersebut mengungkap latar belakang sejarah sang tokoh yang merupakan putra dari Empu Jatmika pendiri Kerajaan Negara Dipa di Hulu Sungai Utara (HSU).

“Buku ini ditulis hasil bincang-bincang saya dengan dosen dan budayawan Banua, yang akhirnya mereka merekomendasikan agar saya menulis novel budaya Lambung Mangkurat,” tutur Randu.

Menurut Randu, kebetulan ada penerbit yang mau mensuport. Penerbit memberikan waktu selama 6 bulan untuk menyelesaikan. Bukan soal mudah, sebab tokoh utama ini memiliki banyak versi cerita di masyarakat dan sulit untuk membuktikan kebenarannya.

Sebab setelah turun ke lapangan melakukan penelitian, sangat sulit mencari narasumber yang tepat.
Tokoh ini jarang di kenal karena tradisi literasi di Banjar itu sangat kurang, kalaupun ada, mungkin data yang tersaji tidak update.

“Tradisi kita lebih banyak bentuk bekisahan (bercerita), bepantun, itu sebabnya segala macam penelitian itu menjadi mustahil,” katanya.

Ironi. Padahal tokoh ini sudah menjadi simbol bersejarah masyarakat Banjar. Jika dibiarkan hilang begitu saja, khawatir, anak-anak generasi penerus tidak tahu dengan tokoh tersebut.

Mungkin saja ada sebagian yang tahu ceritanya, tapi hanya sebatas cerita dari para orangtuanya. Belum pernah ada quote kuat yang menjadi narasi sejarah tokoh Lambung Mangkurat.

“Makanya saya memilih menulis versi fiksi sejarah, tapi tidak banyak lari dari sejarah, waktu, tempat, dialek, gaya pakaian dan budaya tetap ada,” jelasnya.

Prof Sutarto Hadi sangat menyambut baik denga adanya novel tersebut, dimana menghidupkan kisah legenda keberadaan Lambung mangkurat dimana generasi kita perlu mengetahuinya.

“Novel Lambung Mangkurat sangat bagus diangkat meskipun banyak berbagai persi tentang kejelasan keberadaan Patih ini, namun dengan adanya novel Lambung Mangkurat setidaknnya kita mengetahui ceritanya berdasarkan persi sang penulis,” pungkasnnya.(azka)

Editor : Amran