BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sejumlah SMPN di Banjarmasin masih kekurangan peserta didik sejak ditutupnya Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada 17 Juni 2023 lalu.
Salah satu sekolah yang masih kekurangan peserta didik yakni SMPN 25 Banjarmasin yang berada di Jalan Intan Sari, Kelurahan Basirih, Banjarmasin Barat.
Sejak dimulai hingga ditutupnya pelaksanaan PPDB, SMPN 25 Banjarmasin hanya menerima sekitar 60 peserta didik dari total 160 peserta didik atau sebanyak 5 rombel.
Kekurangan siswa tersebut disampaikan Hairan, Kepala Sekolah SMPN 25, memang terjadi setiap tahun, namun yang terjadi tahun ini merupakan yang terparah.
Ia menambahkan, berbagai usaha telah dilakukan untuk memenuhi kuota peserta didik setiap tahunnya dengan melakukan pemasangan spanduk informasi di sejumlah titik sekitar sekolah.
“Memang setiap tahun kita ini kurang terus, dan kalau ditanya adakah sudah usaha untuk memenuhi kekurangan siswa tersebut, ya pasti sudah, bahkan usaha kami itu lebih lagi,” ungkapnya, Selasa (11/7/2023).
“Apa yang tidak pernah dilakukan oleh kepala sekolah sebelumnya kami lakukan, misalnya memasang spanduk ke beberapa titik seperti kawasan Basirih, Teluk Tiram bahkan di masjid-masjid,” tambahnya.
Tetapi kenyataan di lapangan setelah berbagai upaya yang dilakukan, di tahun ajaran 2023-2024 ini hanya terisi 2 rombel dari total target 5 rombel.
“Bahkan ada saja yang sudah kita terima di sekolah ini, ingin mencabut berkasnya kembali. Entah apa alasannya kita tidak tau,” tuturnya.
Baca Juga : Hasil PPDB Tingkat SMA Diumumkan
Baca Juga : 100 Sekolah dan Guru Ikuti Program Berbahasa Inggris
Jadi untuk saat ini pihaknya masih membuka pendaftaran siswa baru sampai nanti tanggal 17 Juli 2023.
“Selagi masih ada orang yang mau mendaftar kita masih membuka pendaftaran,” terangnya.
Sementara itu, Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Yanto, menyampaikan bahwa memang untuk sekolah SD di sekitar SMPN 25 tersebut tidak terlalu banyak siswa.
“Ada beberapa sekolah juga yang lulusan kelas VI SD nya dibawah 30,” ungkapnya.
“Juga ada beberapa sekolah yang dekat dengan SMPN kita yang kapasitasnya cukup besar, jadi mungkin sebagian tersedot kesana,” tambahnya.
Selain itu menurut Yanto, ada pula siswa lulus SD yang melanjutkan ke Pondok Pesantren dan juga Madrasah.
Kendati demikian, menurutnya penerapan sistem zonasi yang saat ini masih sangat membingungkan.
“Kalau sistem zonasi saat ini saya pikir masih sangat belum jelas. Karena sesuai dengan pemahaman saya sendiri mengenai zona itu ada radius jarak yang tersedot ke sekolah sekitar,” bebernya.
“Nyatanya masyarakat di daerah sini bisa dikatakan tidak masuk ke SMPN 25,” lanjutnya
Sedangkan yang dahulu, walaupun menurutnya SMPN 25 menjadi pilihan kedua maka jatuhnya akan ke sistem zona itu sendiri karena radius jarak zonasi tersebut.
“Misalkan pilihan pertamanya radius 300 meter tertarik ke ke sekolah terdekat yang hanya 100 meter. Itu kan menjadikan yang namanya sistem zona itu memang benar-benar zonasi,” terangnya.
Namun menurutnya untuk saat ini adalah sistem pilihan pertama. “Dari data yang kami terima sampai terakhir di statistik PPDB itu pilihan kedua adalah di SMPN 25, tapi nyatanya tidak ada satupun yang masuk didalam pengumuman,” jelasnya.
“Apakah sudah tersedot ke pilihan pertama semuanya?,” tanyanya.
Meski kekurangan siswa untuk tahun ajaran 2023-2024, pihak SMPN 25 terus berusaha agar para pengajar tidak kekurangan jam mengajar, dengan mengurangi jumlah siswa per rombel menjadi sekitar 20 siswa agar bisa menjadi 3 rombel.
Hal tersebut dilakukan lantaran ada opsi di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) bahwa setiap rombel boleh kurang dari 32 siswa tapi tidak boleh kurang dari 20 siswa.
“Makanya kami coba cara itu, walaupun nantinya di Dapodik kami akan ada peringatan berwarna kuning, tapi itu masih terbilang aman karena belum berwarna merah,” paparnya.
“Tetapi apabila dalam opsi yang kami pakai itu ada ke tidak validan, maka nanti akan kami ubah kembali,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amran