BANJARMASIN, klikkalsel – Pengelola Taman Satwa Jahri Saleh merilis pengurangan jumlah anak buaya yang berkembang biak usai menetas, pada 10 Januari lalu. Sedikitnya, ada satu anak buaya telah mati dari 17 ekor. Diduga akibat faktor kelelahan setelah beberapa hari dipindahkan dari kolam ke tempat penangkaran.
“Yang masa penetasan pertama, ada satu ekor mati. Sekarang sisa 16 ekor. Sebab antara dua, apakah kondisinya lemah, terus apakah saat dievakuasi itu, dia terkena benturan,” jelas Kepala UPT Taman Satwa Jahri Saleh, Muis Ridayat kepada awak media, Selasa (22/1/2019).
Muis Ridayat bersama para petugas mengelompokkan 16 ekor anak buaya tersebut ke dalam kotak syrofoam berjumlah 5 buah. Masing-masing kotak menampung anak buaya dengan jumlah variatif, 3 sampai 4 ekor.
Namun, satu anak buaya terlihat buntung atau mengalami luka putus pada bagian ekor. Diduga akibat gigitan anak buaya lainnya, selanjutnya evakuasi tersendiri dalam kotak. Selama proses penangkaran, petugas rutin memberi makan anak buaya dengan ikan kecil.
“Kalau ada bunyi dari buaya ngek-ngek gitu, tandanya lagi memamggi anaknya,” ucap Kepala UPT Taman Satwa Jahri Saleh, Rais Ridayat menirukan suara yang keluar dari anak buaya saat diberi makan.
Sementara itu, di taman Satwa Jahri Saleh sendiri juga banyak terdapat koleksi fauna lainnya. Antara lain, jenis primata, seperti uwa-uwa, bangkui dan monyet, ada juga jenis unggas, burung enggang, elang, kakak tua, serta ketegori hewan lainnya.
Biasanya, Satwa Jahri Saleh yang ramai dikunjungi warga di waktu akhir pekan. Sedangkan di hari sekolah, kebanyakan dari kalangan siswa SD yang menggelar pelajaran biologis di lapangan. (rizqon)
Editor : Farid





