BANJARMASIN, klikkalsel.com – Siapa sangka akibat munculnya virus pandemi Covid-19 di dunia, khususnya di Indonesia membuat masyarakat memiliki resiko lebih tinggi mengalami gangguan mental atau kejiwaan seperti kecemasan hingga depresi.
Pendapat tersebut dibenarkan oleh Melinda Bahri,S.Psi, Psikolog dari RSUD Ansari Saleh saat dihubungi klilkalsel.com, Kamis (24/2/2022).
Dia menjelaskan, bahwa saat Covid-19 baru masuk ke Indonesia pada awal tahun 2020 lalu, memang terdapat data yang menunjukkan jika kasus masalah kesehatan jiwa mengalami peningkatan.
“Seperti kecemasan dan gangguan emosi,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini dikarenakan dampak dari pandemi Covid-19 yang sangat memberi pengaruh pada masyarakat, mulai dari ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Covid-19 ini juga sangat berdampak pada individu yang memiliki riwayat masalah pada kesehatan jiwa sebelumnya.
“Seperti adanya perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidakpastian akan keadaan di masa pandemi,” jelasnya.
Baca Juga : Sinergitas dengan Polda Kalsel, Lapas Kelas 2A Banjarmasin Gelar Vaksin Booster
Baca Juga : PPKM Level III, Ibnu Sina Minta Pelaku Usaha Ikuti Aturan
Tak hanya itu, kata dia masalah kesehatan jiwa di Indonesia juga terkendala stigma dan diskriminasi yang dapat memperburuk dampak psikologis bagi orang yang memiliki masalah kesehatan jiwa
Meskipun begitu, kata dia saat ini kebijakan-kebijakan pemerintah terhadap cara menjaga diri dari Covid-19 sudah sangat baik dan dapat dipahami masyarakat.
“Ditambah vaksin juga sudah semakin membaik, diikuti dengan pemulihan ekonomi di tahun ke 2 covid-19 yang membuat masyarakat mulai resilience atau bangkit kembali untuk menata kehidupan,” tuturnya.
Akibatnya saat ini, masalah kesehatan jiwa masyarakat terhadap covid-19 bisa terus berangsur berkurang.
Disamping itu, dia juga tidak menampik bahwa setiap gejala dari masalah kejiwaan memiliki kadar yang berbeda-beda, mulai dari ringan, sedang, hingga berat.
Untuk menentukan kadar serta ciri-cirinya masalah kejiwaan itu, kata dia sangat tergantung dari diagnosa gangguan kejiwaan oleh masing-masing individu.
Begitu juga cara mengatasi masalah kejiwaan tersebut, juga diperlukan tenaga profesional baik psikiater dan psikolog yang menilainya dari hasil melakukan assessment.
“Sehingga dapat melihat seberapa berat gejala yang dihadapi individu lalu dapat ditegakkan diagnosa yang tepat,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi