Perkara Hadist, Begini Sikap Muslim

ADA dua sumber hukum Islam, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pegangan hidup umat Islam. Surah dan Ayat Al Quran selalu murni, dan tak pernah berubah walah satu huruf, karena Allah SWT menjaga al-Qur’an dari pengubahan, penambahan atau pengurangan.

Ustad Mas Udi HS, menyampaikan tausiah usai sholat subuh berjamaah di Masjid Al Hag Banua Anyar. (istimewa/klikkalsel)

Sama halnya dengan As Sunnah (Al-Hadits) sebagai penjaga makna atau penjelas Al-Qur’an juga akan terjaga. Maka tidak ada seorangpun di ujung dunia yang membuat-buat hadits dusta kecuali akan terkuak kepalsuannya.

Walau demikian, ada saja yang memalsukan hadist, bahkan beredar melalui broadcast. Entah BBM, line, whatsapp, sms, ataupun media sosial yang lainnya.

Misalnya, tentang hadits palsu seputar 1 Safar, seperti berikut Rasullullah bersabda, “Barang Siapa Yang Memberitahukan Berita 1 Safar Kepada Yang Lain, Maka Haram Api Neraka Baginya.” Hadist ini palsu sebagaimana dijelaskan oleh Asy-Syaukani di Al-Fawaid Al-Majmu’ah.

Ada hadist mengamalkan Sholat Raghaib atau Sholat Rajab yang dikerjakan pada malam Jum’at pertama bulan Rajab antara shalat Maghrib dan ‘Isya. Pada siang harinya sebelum pelaksanaan shalat Raghaib dianjurkan berpuasa sunnah. Padahal Hadits itu Maudhu’ atau palsu, sepertu yang disebutkan oleh Ibnul Jauzi rahimahullah di dalam kitabnya “Al-Maudhu’at”, dan as-Suyuthi dalam “al-La’alii’ al-Mashnu’ah fi al-Ahadits al-Maudhu’ah”

Begitu juga dengan hadist yang tercatat diriwayatkan Muslim, yang berbunyi, “Maka aku tanggung dosa-dosanya si dia dari ayah dan ibunya, dosa apa saja yang telah dia lakukan, dari tidak menutup aurat hingga ia meninggalkan sholat. Semua yang berhubungan dengan si dia, aku tanggung dan bukan lagi orang tuanya yang menanggung, serta akan aku tanggung semua dosa calon anak-anakku.” Jika aku gagal, maka aku adalah suami yang fasik, ingkar dan aku rela masuk neraka, aku rela malaikat menyiksaku hingga hancur tubuhku.” (HR. Muslim).

Hadist tersebut dinilai tidak sahih, sebab tanggung jawab seorang suami kepada istri adalah dalam bentuk tanggung jawab kepemimpinan atas mereka. Seorang suami wajib untuk mendidik istrinya, menafkaninya, melindunginya dan kewajiban lain sebagai seorang suami. Namun bila ternyata istri tetap membangkang, padahal suami telah menunaikan kewajibannya dengan baik, seperti membangkangnya istri Nabi Nuh ‘alaihis salam atas beliau atau istri Nabi Luth ‘alaihis salam atas beliau, apakah seorang suami bertanggung jawab atas dosa-dosa istrinya tersebut? Tentu tidak! Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Bahwa seseorang yang berdosa tidak memikul dosa orang lain, dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang sudah ia usahakannya.” (QS. An-Najm [53] : 38-39)

Dalam tausiah Ustad Mas Udi HS, usai sholat subuh berjamaah di Masjid Al Hag Banua Anyar yang dihadiri kurang lebih 500 jamaah, ada gambaran bagaimana menyikapi hadist, seperti berikut;
Tidak hanya bersikap ilmiah dalam perkara dunia, umat Islam juga harus bersikap ilmiahlah terhadap perkara agama. Sehingga jangan mengambil sebuah hukum atau syariat yang bersumber dari hadits lemah apalagi hadits palsu. Apalagi, sampai ikut-ikutan menyebarkan hadits-hadits lemah dan palsu tanpa menjelaskan status hadits itu.

Sebab, amalan yang demikian tidak dianjurkan nabi, karena banyak yang menyesatkan. Sehingga sewaktu zaman Muhazirin banyak hadist palsu diesekusi. Jangankan perkataan, setan saja tidak mampu menyerupai Rasullah. Kalau ingin bermimpi dan bertemu nabi Muhammad SAW, maka harus mengenal Rasullah. Baik sikap maupun lisan beliau. Maka Anas sahabat terakhir Rasulullah mengatakan Rasulullah itu darmawan, penyabar dan pemberani.

Begitu mulianya akhlak Rasulullah saat Hijrah dari Mekah ke Madinah selama 7 hari 7 malam, dimana sambutan orang Madinah hanya terucap selamat datang Muhammad utusan Allah.

Surah Al Aruf menyebutkan orang yang mengimani dan memuliakan, mengikuti turunnya Al Quran, sesuai dengan nabi Muhammad maka menjadi umat yang sangat beruntung. (bbs)

 

Oleh : H Sukrowardi (Pengarah Gerakan Indonesia Sholat Subuh Berjamaah Banjarmasin)

Tinggalkan Balasan