BANJARMASIN, klikkalsel.com – Pemilihan Rektor Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari tahun 2021, dinilai berolemik. Faktanya, sederet konflik terjadi pada ajang lima tahunan di Kampus Hijau tersebut.
Sebelumnya, petahana Abdul Malik memperoleh suara terbanyak dalam rapat senat Pemilihan Rektor (Pilrek) Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB), pada Senin (05/04/2021).
Dari hasil tersebut, diketahui petahana meraup sebanyak 15 suara anggota senat. Sedangkan penantang Sanusi, hanya memperoleh 10 suara.
Kendati memperoleh suara terbanyak, Abdul Malik masih perlu bersabar untuk menduduki kursi Rektor Uniska di periode kedua. Dia belum bisa dipastikan menang dalam ajang Pilrek 2021.
Selain itu, penetapan rektor terpilih masih menunggu keputusan yayasan ditambah adanya surat keberatan dari salah satu calon sehingga harus ditindaklanjuti oleh pihak penyelenggara.
Abdul Malik saat dimintai keterangan oleh awak media memilih untuk diam dan tidak mau memberikan keterangan.
“Tidak-tidak, biarkan saja,” singkatnya, Sabtu (24/4/2021).
Sementara itu, Ketua Yayasan Uniska MAB, Budiman mengaku pihaknya belum bisa memberikan keterangan terkait Pilrek dan masih menjalani proses rapat.
“Sabar ya, masih ada yang kami perlu klarifikasi,” singkatnya
Disamping itu, Sanusi mengaku menyayangkan kejadian ini. Pada dasarnya, ia tak ingin ajang Pilrek Uniska bermasalah sampai sejauh ini.
“Saya menganggap dalam Pilrek Uniska masih ada yang harus diklarifikasi lagi, kalau klarifikasi nya selesai ya diharapkan yayasan cepat memutus siapa yang diangkat jadi rektor,” ujarnya
Ia mengakui pihaknya sangat mengerti apa yang nantinya dikatakan yayasan, menurutnya yayasan adalah organ tertinggi dalam hal penetapan rektor.
“Jadi saya juga memperingatkan kalau saja ada permasalahan dalam pencalonan diantara kami berdua ya mungkin saja saya yang bermasalah atau calon satunya, setidaknya harus diselesaikan akar masalahnya dari mana dulu, setelah itu selesai maka silahkan ditetapkan,” jelasnya.
Sebab, Sanusi khawatir jika ditetapkan masih terdapat masalah takutnya di kemudian hari yang akan muncul ke permukaan dan berimbas pada pembatalan penetapan sebagai rektor yang rugi itu adalah semuanya.
“Dari kedua calon rugi, yayasan rugi lembaga juga rugi,” imbuhnya.
Terkait soal klarifikasi, Sanusi menjelaskan pada saat itu telah terjadi rapat antar senat, namun tidak dihadiri seluruh anggota senat yang kayaknya kurang sependapat dengan adanya rapat tersebut.
“Rapatnya pada tanggal 17 April yang dihadiri 10 anggota senat dari 15 tidak hadir dari 25 anggota senat dan tetap jalan sesuai tatatertib senat,” ujarnya.
Menurutnya, rapat tersebut sebagai bentuk dari menuruti apa yang diusulkan oleh yayasan yang sebelumnya pertemuan antar yayasan kemudian rapat senat dan perwakilan senat lainnya.
“Ya karena ada surat keberatan dari satu calon dan surat itu harus direspon senat,” tegasnya.
Masih Dr Ir Sanusi menjelaskan, dari rapat tersebut muncullah tim investigasi karena dianggap salah satu calon rektor terdapat bermasalah dalam administrasinya.
“Tim Investigasi itu gunanya untuk mengklarifikasi apakah ada permasalahan administrasi kepegawaian dari calon Rektor Uniska,” imbuhnya.
Meskipun begitu, ia berharap penetapan Rektor Uniska kedepan tidak ada masalah karena yang nantinya akan repot munculnya permasalahan yang berujung ke bidang pidana.
“Siapapun yang ditetapkan yayasan saya harap tidak bermasalah dalam masalah administratif,” pungkasnya.(airlangga)
Editor : Amran





