BANJARMASIN, klikkalsel- Meningkatnya angka golput dan rendahnya partisipasi pemilih di Pemilu 2019, jadi ancaman suksesnya pesta demokrasi.
KPU sebagai pihak penyelenggara sudah eksta keras menjalankan sosialisasi di masyarakat guna mengajak pemilih untuk menggunakan hak suaranya pada pileg dan pilpres yang dihelat 17 April mendatang.
Dalam pesta demokrasi ancaman golput sulit untuk dibendung. Sehingga perlu peran aktif dari semua kalangan guna memberikan pemikiran positif pentingnya sebuah denokrasi.
Pengamat politik asal UIN Banjarmasin Ani Cahyadi menyampaikan, pemilih golput dipengaruhi oleh beberapa faktor, selain itu, ketidak pahaman masyarakat dan minimnya sosialisasi yang diberikan.
Salah satu faktor kata dia, ketika dibuka pendaftaran daftar pemilih tambahan, para pemilih tersebut banyak yang tak mendaftarkan diri, dan akhirnya banyak pula yang tidak memilih atau golput.
“Padahal ada peluang bagi mereka untuk menjadi daftar pemilih khusus dengan memba
wa KTP atau identitas lainya ke TPS terdekat diatas jam 12 siang . Ini juga yang seharusnya disosialisasikan teman-teman KPU dan Bawaslu,†katanya.
Faktor berikutnya adalah masalah idiologis. Ani Cahyadi berpendapat, untuk golpot pada tahun ini tidak sebesar dari tahun-tahun sebelumnya. Sebab ditahun ini,politik aliran sangat kental yakni salah satu politik berlandaskan Agama.
“Misal, kalau dulu teman-teman HTI banyak yang memilih golput namun kali ini mereka memilih kesalah satu paslon,†ucapnya.
Ani Cahyadi juga menambahkan yang paling perlu kiranya mendapat perhatian adalah masalah teknis, sebagaimana, contoh terutama para pemilih yang kehidupannya sebagai buruh atau pekerja perkebunan dan juga petani , mereka kebanyak memilih pekerjaannya dibandingkan menuju TPS.
“Ini tentunya banyak dimamfaatkan okmum yang mengambil kesempatan dengan bermain money politik,†tukasnya.
Saat ditanya, saat ini paslon capres-cawapres mana yang banyak menjadi perhatian warga, Ani menyebutkan berdasarkan data survei yang ia lihat berbagai sumber banyak mengarah ke paslon 02.
Ia menilai demikian sebab para pemilih terutama masyarakat Kalsel umumnya adalah masyarakat yang agamis sehingga jika ada yang membuat mereka simpatik dan berkaitan dengan agama mereka lebih condong kepada paslon tersebut.
“Beberapa waktu lalu, saat peringatan haul ulama kharismati dimana salah satu calon paslon berkunjung dalam haulan tersebut, sontak opini dimasyarakat menimbulkan simpatik atau ketertarikan kepda paslon tersebut,†ucapnya.
Diujung wawancara klikkalsel, Ani juga menyebutkan peran media sosial sangat berpengaruh seperti FB, WA, maupun Instagram dimana berita-berita yang tesebar sangat cepat didapat masyarakat.
“Padahal belum tentu kebenaran berita tersebut, dan masyarakat perlu kiranya menyaring dan juga memfilter berita di medsos tersebut,†tandasnya.(azka)
Editor : Alfarabi