BANJARMASIN, klikkalsel – Sepanjang 2019, skala masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) yang terpapar paham radikalisme dan terorisme berada pada angka 55. Angka tersebut diungkap Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kalsel berdasarkan hasil riset dan survei yang dilakukan.
Sekretaris FKPT Kalsel, Mariatul Asiah mengungkap, skala angka tersebut berarti paham radikalisme dan terorisme di Bumi Lambung Mangkurat masih di ambang batas normal.
“Angka 55 itu maksudnya masih sebatas pemikiran masyarakatnya, tidak ada aksi-aksi radikal yang ditemukan,” ujarnya di sela acara rapat catatan akhir tahun FKPT Kalsel di ballroom salah satu hotel di Banjarmasin, Selasa (31/12/2019).
Meski masih sebatas pemikiran, Mariatul menegaskan pihaknya terus memonitor perkembangan paham radikalisme dan terorisme di Kalsel, dimana Kalsel yang dikenal kondusif ini dikategorikan aman dari paham-paham tersebut.
“Kita harus tetap waspada agar Kalsel yang kondusif ini tetap bisa terjaga, serta yang terpenting bagaimana agar kita selalu mensinergikan semua elemen maupun kelompok masyarakat guna bersama-sama menangkal paham radikalisme dan terorisme,” tegasnya.
Guna menekan paham membahayakan tersebut, FKPT Kalsel melakukan berbagai upaya agar paham agar paham radikalisme dan terorisme tidak tumbuh ataupun mengakar di kalangan masyarakat. Salah satunya dengan cara riset kearifan lokal sebagai daya tangkal.
Kemudian, FKPT Kalsel juga melakukan survei Pola efektivitas pengasuhan keluarga dalam rangka memberikan edukasi tentang kebhinekaan dan kearifan lokal terhadap anak-anak. Selain riset dan survei, FKPT Kalsel juga melakukan beberapa pengayaan di bidang sosial budaya dan agama, bidang pemuda, bidang media dan bidang perempuan.
Dalam bidang sosial budaya dan agama, FKPT Kalsel menggelar kegiatan workshop kepada guru-guru agama di sekolah. Pada workshop itu diberikan pengayaan terhadap para guru tentang bagaimana menyusun RPP atau rencana pembelajaran di sekolah.
Workshop bidang sosial budaya itu, diharapkan memberikan pengayaan yang lebih banyak kepada guru-guru agama, agar sekolah sebagai sarana untuk mengedukasi anak-anak bisa menjadi langkah pencegahan awal terhadap pemikiran-pemikiran radikal.
Kemudian di bidang kepemudaan, FKPT Kalsel menggelar lomba pembuatan video pendek yang tema-nya ‘Menjadi Indonesia’ yang diikuti oleh siswa SMA se-Kalsel.
Mariatul Asiah menerangkan, dalam kegiatan itu juga diberikan workshop terkait video pendek sebagai sarana counter terhadap berita atau informasi yang boleh dibilang menyesatkan.
“Oleh karena itu penting adanya counter narasi yang diinisiasi dari kawula muda sendiri. Maka, kami sangat mendorong agar anak-anak muda membuat video pendek yang kemudian akan dibagikan kembali ke media-media sosial yang banyak mereka gunakan,” paparnya.
Selain itu, workshop bidang media juga digelar FKPT Kalsel dengan menggandeng dengan para aparatur dan akademisi, serta tokoh masyarakat.
“Kita mengajak para aparatur pemerintah di Kelurahan maupun Babinsa dan Bhabinkamtibmas untuk diberikan pengayaan terkait hoaks dan destruksi informasi,” pungkas Mariatul.
Sementara itu, pengayaan di bidang perempuan juga menjadi sorotan FKTI Kalsel. Pada bidang ini, FKPT Kalsel memberikan pemahaman agar perempuan bisa menjadi pelopor perdamaian. Hal tersebut, mengingat dari banyak kasus radikalisme yang belakangan terjadi dan melibatkan kaum perempuan. (rizqon)
Editor : Akhmad