BANJARMASIN, klikkalsel – “Mba, bisa minta tolong lah, Ulun mau jual hp Nokia buat keperluan rumah, ulun guru honorer. Semenjak sekolah diliburkan kami tidak dapat gaji”
Demikian pesan singkat yang diterima tim Mobile Sosial Rescue ACT Kalsel pada Jumat (8/5/2020).
Dengan segera tim mencari tahu lebih dalam kondisi guru tersebut. Beliau bernama Maimunah, seorang ibu dua anak berusia 32 tahun.
Maimunah bekerja di sebuah Madrasah Ibtidaiyah Pematang Panjang. Suaminya bekerja sebagai buruh di sebuah usaha catering. Namun, sejak pandemi corona, sang suami mendapat upah paling banyak Rp300 ribu per minggu. Per bulan sekitar Rp1,2 jutajuta. Sementara ada dua anak yang harus dihidupi. Paling kecil berusia 1 tahun.
“Saya perlu uang untuk bayar air dan listrik, perlunya Rp200 ribu,” ungkap Maimunah.
Setelah menanyakan alamat, tim MSR ACT Kalsel segera meluncur ke kediaman Maimunah di Pematang Panjang.
Sesampainya di rumah Maimunah, tim juga bertemu Yanti, seorang ibu rumah tangga berusia 30 tahun. Rupanya Yanti ini lah yang berniat menjual handphone untuk membeli kebutuhan hidup sehari-hari. Rencananya jika handphone terjual, Maimunah akan diberi fee sebesar Rp100 ribu.
Jalan tersebut terpaksa mereka tempuh karena keadaan sudah sangat menghimpit. Suami Yanti adalah seorang supir angkutan bandara. Sejak bandara ditutup karena pandemi Covid-19, otomatis tak ada pemasukan yang didapatkan. Yanti dan suami terpaksa berhutang dan menjual barang-barang di rumah.
“Kami tak punya sawah, sehingga beras pun harus beli. Saya lihat banyak bantuan dibagikan di pinggir-pinggir jalan. Kami yang rumahnya di kampung seperti ini tak ada bantuan,” terang Yanti.
Kedatangan tim MSR ACT disambut sumringah oleh keduanya. “Alhamdulillah kami bersyukur ACT mau datang kemari dan membantu kami. Terima kasih, semoga diberikan keberlimpahan rezeki untuk tim ACT,” ucap Maimunah sembari menggendong anaknya. (retno-ACT)
Editor : Akhmad