Menjaga Amanah Hingga Jadi Museum

RUMAH peninggalan pedagang asal Cina yang berlokasi di Jalan Teluk Kelayan RT 05, RW 01, No 17, Banjarmasin Selatan, tak lama lagi akan dijadikan musem peninggalan benda pusaka oleh Pemko Banjarmasin.

Rumah peninggalan pedagang asal Cina yang dibeli H Abdullah dan kini dirawat oleh Syarifuddin yang akan dijadikan museum. (foto : fachrul/klikkalsel)

Ada sekitar 700 senjata tajam berupa parang, keris, tombak dan sumpit tersimpan di rumah yang terbuat dari kayu. Rumah itu sudah terlihat kusam seiring usianya, bagian bangunan juga terlihat rapuh.

Kondisi itu tak membuat luruh bagi Syarifuddin untuk menjaga amanah yang diberikan keturunannya mulai dari kakeknya bernama, H Abdullah kemudian diturunkan kepada ayahnya bernama H Basiruddin.

Amanah yang diberikan kepada Syarifuddin dari pendahulunya itu, salah satunya adalah menjaga rumah dan memelihara benda pusaka tersebut.

Benda-benda pusaka yang tersusun rapi dan dirawat oleh Syarifuddin itu mempunyai history di rumah milik saudagar asal negeri Tirai Bambu yang dijual kepada kakeknya.

Syarifuddin cucu dari H Abdullah dan anak dari H Basiruddin yang menjaga rumah dan ratusan senjata bersejarah. (foto : fachrul/klikkalsel)

Perlahan Syarifuddin pun mengisahkan mengapa orang Cina itu menjual rumahnya kepada kakeknya. Sekitar tahun 1953, terjadi pembantaian di kapal milik Cina di perairan Buntok, Kalimantan Tengah. Seluruh awak kapal ditemukan tak bernyawa.

Namun ada kejanggalan, karena seluruh harta di kapal tersebut berupa emas dan guci terbuat dari cina tak satupun yang hilang. “Menurut kakek semua benda yang ada di kapal tidak ada yang hilang, entah kenapa. Kemudian Kakek bertemu dengan orang Cina pemilik kapal tersebut,” tutur Syarifuddin menceritakan kisah dari ayahnya kepada klikkalsel.

Kemudian menurut Syarifuddin, orang Cina tersebut merasa tidak aman menjalankan perdagangan. Kemudian menjual rumahnya kepada kakeknya, sedangkan orang Cina itu kembali ke negara asalnya. Karena orang Cina dan pendahulu Syarifuddin sudah saling mengenal sehingga harganya murah.

“Orang Cina itu menjual rumahnya dua buah kepada kakek, satunya sudah dijual untuk mendirikan sekolahan, karena mau dijadikan tempat pendidikan ia pun menjualnya,” ujar Syarifuddin.

Rumah yang kini dirawat Syarifuddin sempat beberapa kali oleh perusahaan. Namun karena menjaga amanah untuk merawat rumah dan benda pusaka itu, Syarifuddin enggan menjualnya kepada siapapun.

Peninggalan benda pusaka yang turun temurun dijaga dan dipelihara oleh Syarifuddin. (foto : fachrul/klikkalsel)

Sementara, benda pusaka tersebut sudah begitu lama berada di rumah itu, dan sudah ada sebelum rumah itu, karena benda tersebut adalah benda peninggalan sejarah banjar yang di titipkan kepada ayah beliau untuk dijaga dan dirawat.

Syarifuddin kembali bercerita terkait benda pusaka yang puluhan tahun dan sampai saat ini. Menurutnya, semua senjata yang ada di rumahnya itu, ikut andil dalam perang sejarah, namun sebagian dari benda tersebut sudah ada pada saat sejarah perang Banjar.

Karena kata dia, sebagian benda pusaka yang saat itu ikut andil gunakan untuk berperang, kini sudah berada di Museum Wasaka. Mungkin kata dia, benda yang ada di tempatnya itu hanya di gunakan oleh para prajurit atau pejuang yang bukan dari pihak bangsawan.

Semua benda pusaka yang disimpannya itu, adalah milik pribadi dan tidak akan pernah dijual. Karena benda tersebut adalah salah satu peninggalan yang diamanatkan oleh ayah beliau untuk dijaga, dan apabila nanti rumah itu resmi menjadi sebuah museum, Syarifuddin meminta bukan kepentingan pribadi termasuk menjga benda pusaka yang ada didalam museum tersebut, dan berharap ada perjanjian di atas materai.(fachrul)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan