Usai itu, dikening sang anak, tepatnya diatas kedua alis Janar dicoretkan, yang kemudian dilanjutkan mencoret kedua telapak tangan dan kaki si anak.
Namum kali ini coretannya berbentuk tanda silang bukan berupa garis seperti dikening. Baras putih yang tadi ditaburkan ke bumbunan sang anak, diambilnya.
Kemudian sejumput Baras putih itu dibuang, dilemparkan ke halaman rumah. Sembari mulutnya tetap komat-kamit merapal mantera.
Maka berakhirlah prosesi bapidara, dan ajaibnya kadang tak butuh waktu lama untuk si anak sembuh seperti sedia kala. Orang tua yang bernama Saniah ini mengaku mendapatkan keahlian mamidarai ini dari ibunya yang dulu juga kerap kali diminta warga untuk memidarai.
“Arwah mama dulu yang malajari, sidin beamanat mun ada urang minta tulungi, wajib ditulung (Almarhum ibu yang dulu mengajarkan, beliau berpesan kalo ada orang minta tolong, harus ditolong),” cerita perempuan yang akrab dipanggil Nini Saniah ini.
Nini Saniah tidak pernah mematok harga untuk jasa pengobatannya. Sapambari haja. Kada dibari kada papa jua (Sekedarnya saja, Tidak diupah tidak apa-apa juga). Aku ikhlas, ucapnya tulus.
Saat ditanya tentang mantra yang dirapalkannya saat memidarai, dirinya mengatakan itu hanya doa dari ayat Al Quran.
“Itu doa dari surah-surah pendek haja, lain mantra (Itu doa dari Sura-surah pendek saja, bukan mantra),” ujarnya menjelaskan.
Menurutnya kepidaraan itu kemungkinan bisa disebabkan oleh gangguan makhluk halus yang menegur manusia yang berakibat kepidaraan.
Melihat peralatan saat mamidarai dan jalannya prosesi, sungguh tidak masuk akal bila olesan Janar mampu menurunkan panas tubuh dan perasaan tidak enak yang diderita.
Namun faktanya, itulah yang terjadi. Entah, apakah sugesti yang lebih berperan ataukah memang ada mistik disitu.
Bagi yang percaya, itu sebuah pengobatan. Bagi yang tidak percaya, mungkin hanyalah sebuah kepercayaan masa lalu yang tercecer hingga sekarang. Sebuah prosesi animisme yang mengalami transformasi agama.
Terlepas dari itu, kapidaraan, ma-midarai dan tukang pidara, mulai terkikis zaman dan terpinggirkan. Tersingkirkan seiring pergeseran nilai dan perubahan pola pikir yang terjadi di masyarakat.(david)
Editor : Amran