BANJARMASIN, klikkalsel.com – Seiring perkembangan jaman dan kemajuan taeknologi. Media sosial sekarang ini menjadi salah satu bagian saluran komunikasi politik.
Menurut, Pengamat Politik dan juga Pemerintahan dari Akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Arif Rahman Hakim, figur atau kontestan pemilu melalui media sosial dapat membangun citranya di mata masyarakat.
“Begitu pula sebaliknya masyarakat juga bisa menyampaikan aspirasi mereka melalui media sosial,” jelasnya, Rabu (5/6/2024).
Mulai dari kritik, saran, ide ataupun ekspresi lainnya seperti kesukaan terhadap figur hingga ketidaksukaan mereka.
Baca Juga Terus Jalin Komunikasi Politik, Mukhyar Tunggu Hasil Pendaftaran Parpol Koalisi
Baca Juga Usai Viral di Medsos, Sekdako Banjarmasin Intruksikan Satpol PP Tingkatkan Pengawasan
Kemudian, kata Arif, melalui media sosial juga bisa saja menjadi tolak ukur untuk figur tersebut apakah disenangi masyarakat ataupun tidak.
“Namun, masih banyak indikator lain, media sosial hanya salah satu,” imbuhnya.
Pasalnya, kebanyakan untuk mengetahui tingkat popularitas dan elektabilitas figur, metode ilmiahnya adalah survei politik.
Sebab dalam survei politik, tingkat keterkenalan dan respon netizen di media sosial menjadi indikator yang dianalisis.
Disamping itu, kontestasi pemilihan kepala daerah, partai politik juga tidak terlalu signifikan dalam mempengaruhi perilaku pemilih.
“Kita bisa berkaca pada Pilpres 2024. Perolehan suara partai politik pada pileg tidak berbanding lurus dengan kandidat yang mereka usung,” imbuhnya.
Lalu, pada konteks Pilkada partai politik cenderung sebagai perahu untuk memenuhi syarat untuk bisa ikut kontestasi. Setelah itu, pemilih cenderung melihat siapa figur yang pantas mereka pilih.
“Jadi partai politik hanya sebagai kendaraan atau syarat agar bisa menjadi kontestan terpenuhi,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi