‘Lingkaran Setan’ Pegaruhi Pemilih Pilkada

Hasti Umi Anisah, Dosen dan pemerhati ekonomi dan sosial masyarakat dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM). (foto :elo syarif/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel– Mewujudkan pesta demokarasi yang bersih nampak tak bakal bisa dilakukan di negeri ini. Begitu juga pada ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) diyakini ada ‘lingkaran setan’ yang mustahil terurai.

Sebab peserta Pilkada mayoritas dari orang berkantong tebal yang berusaha mencari kekuasaan untuk menambah power usaha. Kalau ada calon dari kalangan biasa dan pintar, pasti ada sponsor yang punya kepentingan.

Pengamat ekonomi, Hastin Umi Anisah pun berkeyakinan ‘lingkaran setan’ tak bakal putus. Apalagi ada tim sukses yang juga berusaha meraup keuntungan.

Hasti Umi Anisah, Dosen dan pemerhati ekonomi dan sosial masyarakat dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM). (foto :elo syarif/klikkalsel)

Dosen dan pemerhati ekonomi dan sosial masyarakat dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) pun melihat, uang yang beredar dimasyarakat untuk memilih salah satu pasangan calon tak begitu besar.

Kadang hanya dibayar Rp50 ribu hingga Rp100 ribu, pemilih rela menentukan pilihan tanpa memikir calon yang ia coblos berkualitas atau tidak.

“Pemilih tidak lagi melihat siapa dan apa kualitas calon, sehingga dengan bayaran mereka tidak lagi memikirkan yang penting sudah mendapatkan uang untuk memilih,” ujarnya, Selasa (22/1/2018).

Terkiat pelaksanaan empat pilkada yang akan berlangsung di daerah, ia memprediksi menghabiskan dana puluhan miliar. Menueurtnya, dana tersebut digunakan untuk pencitraan pembuatan atribut, jasa lembaga survei, tim sukses, hingga bagi-bagi uang untuk pemilih.

Ditekankannya, fenomena ini sebuah keniscayaan dan lumrah terjadi. Pilkada, ujarnya, kerap menjadi ladang investasi bagi golongan tertentu.

“Setelah jagoannya menang, pihak tertentu itu akan meminta konvensasi sebagai balas jasa,” pungkasnya.(elo syarif)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan