Kampus Perjuangan: Sejarah Panjang Universitas Lambung Mangkurat

Universitas Lambung Mangkurat tempo dulu (Sumber:Mansyur)

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Universitas Lambung Mangkurat (ULM), sebagai universitas tertua di Kalimantan, memiliki perjalanan sejarah yang penuh dinamika.

Dijuluki sebagai Kampus Perjuangan, ULM berdiri kokoh sejak awal pembentukannya di1960-an.

Mansyur, sejarawan dari ULM menuturkan, perjalanan berdirinya universitas tersebut melibatkan dua presiden.

“Presiden Universitas Lambung Mangkurat, Letkol H. Hasan Basry, dan Presiden RI, Sukarno,” ujarnya, Sabtu (22/2/2025).

Salah satu polemik terbesar saat itu, kata Mansyur, adalah penggunaan istilah Presiden Universitas, yang akhirnya dihapus karena keberatan dari Sukarno.

Sukarno menegaskan, saat itu, hanya ada satu presiden di Indonesia, yaitu Presiden RI. Hal ini menyebabkan perubahan istilah dari Presiden Universitas menjadi Rektor pada 1963.

Baca Juga Puluhan Dosen ASN ULM Gelar Aksi Tuntut Pembayaran Tukin yang Tertunda

Baca Juga Merayakan Diesnatalis Kampus ke-40, Mapala STIENAS Gelar Kegiatan Donor Darah

“Namun, dinamika tidak berhenti di situ. Pada 1967, jabatan rektor sempat berubah menjadi ketua presidium, sebelum akhirnya kembali menjadi rektor pada September 1968,” jelasnya

Para mahasiswa sedang menyambut kedatangan Mr Sartono di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 9 Juni 1959 (sumber ANRI/Mansyur)

Kemudian, Mansyur juga mengungkapkan, Letkol H. Hasan Basry bukan hanya dikenal sebagai pemimpin ULM pertama, tetapi juga sebagai Panglima Daerah Militer X Lambung Mangkurat.

Pada 22 Agustus 1960, ia mengeluarkan surat pembekuan kegiatan Partai Komunis Indonesia (PKI) beserta organisasi massanya, yang kemudian dikenal sebagai Tiga Selatan karena diikuti oleh Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan.

Langkah berani ini membuat Sukarno marah dan menegur Hasan Basry. Namun, sebagai Penguasa Perang Daerah Kalimantan Selatan, Hasan Basry tetap bersikukuh dengan keputusannya.

Akibatnya, karier militernya mengalami stagnasi, meskipun ia sempat digadang-gadang menjadi panglima di tingkat pusat.

“Karena insiden dengan Sukarno, pangkatnya mentok di Brigadir Jenderal,” ujar Mansyur.

Terlepas dari polemik tersebut, pada 29 Oktober 1960, Sukarno tetap menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1960 tentang Pendirian Universitas Lambung Mangkurat.

ULM resmi menjadi universitas negeri pada 1 November 1960 dan awalnya memiliki empat fakultas. Yakni, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sosial dan Politik, serta Fakultas Pertanian.

Perubahan dari Presiden Universitas menjadi Rektor tidak hanya terjadi di ULM, tetapi juga di universitas lain, termasuk Universitas Gadjah Mada (UGM), yang mulai menggunakan istilah Rektor pada 1963.

“Perubahan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat untuk menghindari adanya dualisme kepemimpinan di Indonesia,” jelas Mansyur.

Setelah Hasan Basry, kepemimpinan ULM beralih ke Raden Tumenggung Arya Milono pada 1963, yang menjabat hingga 1967.

Milono, yang sebelumnya merupakan Gubernur Kalimantan, dikenal sebagai rektor pertama ULM dengan sebutan resmi Rektor.

“Pada 1967, terjadi perubahan kepemimpinan lagi, di mana jabatan rektor sempat berganti menjadi ketua presidium yang dijabat oleh Drs. H.A.A. Malik. Namun, di tengah transisi politik nasional dari Sukarno ke Suharto, gelar rektor akhirnya dikembalikan pada 1968, dan Malik menjabat hingga 1971,” tuturnya.

Kini, ULM terus berkembang menjadi institusi pendidikan tinggi yang berperan penting dalam kemajuan Kalimantan dan Indonesia.

“Perjalanan panjangnya yang penuh tantangan semakin memperkuat julukan sebagai Kampus Perjuangan,” pungkasnya. (airlangga)

Editor : Akhmad