BANJARMASIN, klikkalsel.com – Kenaikan harga BBM bersubsidi berdampak sangat luas pada seluruh sektor usaha, begitu juga di bidang pertanian. Saat ini harga beras per liter melambung hingga 20 persen menyesuaikan harga BBM bersubsidi terkini.
Bagi petani tak mungkin bertahan dengan harga lama. Sebab biaya operasional produksi padi membengkak, misalnya penggilingan gabah yang menggunakan solar.
“Nah ini yang jadi persoalan kami para petani. Kami tidak bisa membeli solar di SPBU menggunakan dirigen dan terpaksa membeli di eceran,” ucap Adiansyah, petani yang memproduksi beras lokal ‘Utuh Agak Diang Bungas’ di Kabupaten Banjar, Selasa (6/9/2022).
Seperti diketahui, harga terbaru tiga jenis BBM yang dinaikkan pemerintah meliputi, Pertalite dari Rp7.650 per liter menjadi Rp10 ribu per liter. Solar subsidi dari Rp5.150 per liter menjadi Rp6.800 per liter dan Pertamak non subsidi dari Rp12.500 menjadi Rp14.500 per liter.
Baca Juga : Meski Menolak Kenaikan Harga BBM Subsidi, FSP KEP Masih Tahan Diri Untuk Tak Turun ke Jalan
Baca Juga : PMII Kalimantan Selatan Turun Kejalan Tolak Naiknya Harga BBM
Adi mengatakan kenaikan harga BBM bersubsidi begitu berimbas komoditas bahan pokok khususnya beras. Perubahan harga beras lokal di pasaran rata-rata terjadi kenaikan 20 persen. Berikut perubahan harga varian beras lokal per liter di tempat produksinya.
– Mayang super Rp.12.000 Naik jadi 14.000-15.000
– Unus mutiara ,Siam unus,Siam jambun11.000 naik jadi 13.000-13.500
– Siam rukut 10.000 naik jadi 12.000
– Siam Arjuna 9.000 naik jadi 11.000
– Siam Kupang 9.000-naik 11.000
– Siam Pandak 8.000 naik jadi 10.000-11.000
– Beras pakatan lokal dari 12.000 naik jadi 14.000
– Beras merah lokal 30.000 naik jadi 35.000
Kemudian Varian unggul atau beras IR
– Chirang Rp.7.000 naik jadi 9.000
– Impari Rp. 8.000 naik jadi 9.000-10.000
– Ir 42 Rp.8.000 naik 9.000-10.000
– Mikongga Rp.8.000 naik -9.000
– Beras ganal Rp. 7.000 naik 8.000-9.000
Adi mengakui sangsi dengan daya beli masyarakat saat ini, mengingat terjadinya inflasi. Bahkan, dia mengatakan penurunan penjualan terjadi sebelum kenaikan harga BBM bersubsidi.
“Selama 2 bulan sebelum BBM berusaha naik, daya beli masyarakat menurun terus ditambah lagi dengan kenaikan BBM ini pasti daya beli masyarakat menurun,” pungkasnya. (rizqon)
Editor: Abadi