BANJARMASIN, klikkalsel.com – Dampak dari cuaca panas yang luar biasa di Banjarmasin beberapa waktu terakhir berdamapak pada serangan Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau yang biasa dikenal DBD dan Diare yang menyerang pada anak-anak.
Tak sedikit anak-anak yang terserang DBD dan diaere mendapat perawatan intensif di rumah sakit dan yang terkonfirmasi ada yang dirawat di RSUD Sultan Suriansyah Banjarmasin.
Cuaca panas yang diakibatkan gerak semu matahari ini, diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) akan semakin terasa pada bulan April dan Mei hingga mencapai 33-34 derajat Celsius.
Akibat dari tingginya suhu panas ini, Direktur Utama RSUD Sultan Suriansyah Kota Banjarmasin, Muhammad Syaukani mengatakan sangat berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
“Saat Idul Fitri ini, kita periksa banyak pasien yang dirawat dari kalangan anak-anak usia 1 hingga 2 tahun,” ucapnya, Senin (1/5/2023) saat di konfirmasi klikkalsel.com
Baca Juga RSUD Ulin Raih Akreditasi Paripurna, Paman Birin: Jangan Sampai Ada Keluhan
Baca Juga Cuaca Buruk, Harga Cabai di Tabalong Alami Kenaikan
Syaukani juga mengatakan bahwa kasus yang menderita para pasien anak tersebut rata-rata adalah DHF. Hal itu disampaikannya memang dampak cuaca musim pancaroba ini.
Untuk itu, guna menghindari masyarakat terserang penyakit DHF atau agar tidak dehidrasi saat cuaca panas yang cukup ekstrim saat ini, ia menyarankan agar masyarakat bisa mengkonsumsi banyak air putih.
Selain itu juga, ia menyarankan kepada masyarakat yang beraktifitas diluar ruangan agar bisa menggunakan pelindung seperti menggunakan payung atau sunscreen.
“Kita harap masyarakat bisa menjaga kesehatan saat cuaca seperti ini,” terangnya.
Disisilain, ketika di konfirmasi, Kepala Stasiun BMKG Kalsel, Goeroeh Tjiptanto, mengatakan bahwa secara umumnya di Kalsel sebagai salah satu daerah khatulistiwa akan terjadi peningkatan suhu pada pukul 10.00 hingga 13.00 wita dengan indeks peningkatan UV dengan nilai 8-11 (warna merah hingga ungu).
Kondisi Panas juga disebabkan banyaknya awan hujan, karena proses konvergensi (masih musim hujan). Sehingga panas matahari yang dipantulkan ke langit terhalang oleh awan tersebut.
“Akibatnya panas laten kita rasakan baik pada siang ataupun malam harinya,” ujarnya.
Ia menambahkan, fenomena udara panas yang terjadi di kalsel belakangan, jika ditinjau secara lebih mendalam tidak termasuk kedalam kategori gelombang panas karena tidak memenuhi kejadian ekstrim maximum yang pernah terjadi.
Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah kalsel Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.
“Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya,” tandasnya.(fachrul)
Editor : Amran