BANJARMASIN, klikkalsel.com – Berbulan-bulan warga Banjarmasin di Tanjung Berkat Kelurahan Teluk Tiram, Banjarmasin Barat, terpaksa mengkonsumsi air sungai.
Pasalnya air bersih yang di produksi oleh PDAM Bandarmasih sudah kurang lebih 6 bulan lamanya tak mengalir ke wilayah mereka.
Keluhan tersebut disampaikan warga Jalan Tanjung Berkat yang berada di bantaran sungai tersebut. Mereka harus mengkonsumsi air sungai untuk keperluan sehari-hari.
Disampaikan Ketua RT 15, Kelurahan Teluk Tiram, Anang Ansyari, bahwa sampai saat ini tak ada air bersih yang mengalir di rumah-rumah warga di Jalan Tanjung Berkat itu. Bahkan, saat di bulan Ramadan tadi.
“Macet total. Kalau pun ada yang mengalir, cuma kadang-kadang. Air yang mengalir juga seperti air comberan. Bau, keruh, dan berbuih,” keluhnya, Jumat (6/5/2022).
Menurutnya ada 4 rukun tetangga (RT) di kawasan Tanjung Berkat yang mengeluhkan hal tersebut. Di antaranya yakni RT 15, 16, 17 dan RT 18.
Macetnya air bersih ke kawasan Tanjung Berkat tersebut tidak di biarkan begitu saja. Pihak warga melalui Ketua RT sudah melakukan berbagai upaya.
Dengan melaporkan kondisi yang dialami. Baik secara online, surat tertulis hingga mendatangi langsung kantor PDAM Bandarmasih.
Namun, tak ada solusi yang didapatkan oleh pihaknya, meski menurutnya pihak PDAM Bandarmasih pernah datang untuk melakukan pengontrolan lokasi.
“Setelah datang dan diperiksa pihak PDAM mengatakan bahwa nanti malam air akan mengalir. Tapi nyatanya tak mengalir juga. Sepekan sebelum Ramadan juga sudah kami laporkan, tapi tak ada perkembangan. Kami seperti diberikan harapan palsu,” tegasnya.
“Kami tetap membayar. Tapi airnya tak mengalir. Kasihan kami. Tak ada bantuan berupa mobil tanki air juga yang dikirimkan,” sambungnya.
Baca Juga : Wabah Hepatitis Akut di Beberapa Wilayah Indonesia, Walikota Banjarmasin: Jangan Panik
Baca Juga : Paman Birin Sidak Pelayanan RSUD Ulin Malam Hari
Untuk mengkonsumsi air bersih, warga sekitar harus merogoh kantong untuk membeli air bersih, guna memasak atau di minum, sedangkan untuk keperluan lain warga sekitar memanfaatkan air sungai, karena pihaknya bertempat tinggal di bantaran sungai.
“Kami tak masalah kalau harus membeli air. Tapi lokasinya kan jauh. Tak mudah membawa air menggunakan jeriken, kasihan orang yang sudah tua,” tekannya.
“Coba bayangkan saja kalau misalnya tidak ada sungai, bisa makin perih,” tutupnya.
Senada juga disampaikan seorang warga sekitar yakni, Nurdin. ia membenarkan bahwa kondisi itu sudah dialaminya sejak berbulan-bulan yang lalu.
“Kalau air sungai sedang naik, cukup mengambil dari kolong rumah. Tidak sampai harus pergi ke sungai. Dikumpulkan seperti ini,” ungkapnya.
Meski air bersih tak mengalir ke tempat warga, ia mengaku tetap membayar tagihan bulanan ke PDAM Bandarmasih.
Lalu, ada pula Zainudin. Warga yang satu ini juga mengeluhkan kondisi yang dialami. Untuk keperluan memasak dan minum, ia selalu membeli berjerigen-jerigen air.
“Per jeriken ukuran sepuluh liter, biasanya Rp 500. Beli bisa langsung sepuluh jerigen per pekan. Kalau tiap hari beli, lelah membawanya,” jelasnya.
“Kalau untuk keperluan lain, ya kami mengambil air di sungai. Tapi kalau tidak cocok, ya bisa terserang gatal-gatal,” pungkasnya.
Dikonfirmasi pihak PDAM Bandarmasih, hingga sampai saat ini tidak menjawab, baik melalui sambungan telepon maupun pesan singkat.(fachrul)
Editor : Amran