BANJARMASIN, klikkalsel.com – Pasca G30S, tekanan terhadap PKI di Kalsel semakin kuat. Pada 16 Desember 1965, Pepelrada Kalimantan Selatan secara resmi mengumumkan pembubaran PKI beserta seluruh ormasnya.
Diungkapkan Mansyur Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Sejumlah tokoh ditangkap. Amar Hanafiah dihukum mati, Suwiyo dipenjara seumur hidup, sementara nama-nama lain seperti Misbach Tamrin dan Toga Tambunan meringkuk di balik jeruji bertahun-tahun.
“Namun, ada satu kisah dramatis, Sayid Ahmad Sofyan Baraqbah, tokoh PKI asal Banjarmasin membentuk Barisan Rakyat (Bara), gabungan eks-PGRS dan CDB PKI Kalbar. Ia bahkan berhasil menyerang gudang senjata AURI di Sanggau Ledo dan mencuri ratusan senjata,” cerita Mansyur, Selasa (30/9/2025).
Bertahun-tahun ia bertahan di hutan Kalbar, hingga akhirnya pada 12 Januari 1974 tewas ditembak pasukan Kopassandha (kini Kopassus).
Baca Juga : Jejak PKI di Kalimantan Selatan. Masa Keemasan di Bumi Antasari
“Sofyan adalah potret bagaimana ideologi bisa mengalahkan garis keturunan. Seorang sayid, tapi komunis militan,” jelas Mansyur.
Di Amuntai, Hulu Sungai Utara, juga sempat terjadi aksi nekat. Pada penutupan pekan pemuda 1965, segelas teh untuk Wagub H Imansyah diduga dicampur racun oleh simpatisan Gerwani.
“Untungnya, kecurigaan seorang ibu berhasil menyelamatkan banyak nyawa kala itu,” jelasnya.
Dengan peristiwa-peristiwa itu, riwayat PKI di Kalimantan Selatan pun berakhir. Jejaknya tinggal kenangan dalam arsip, cerita lisan, dan ingatan sejarah.
“Sejarah PKI di Kalsel adalah kisah penuh warna: kejayaan, perlawanan, dan tragedi. Kita perlu mengingatnya, agar bangsa ini belajar dari masa lalu,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi





